PT Pelindo II Cabang Panjang membantah jika peralatan pendukung bongkar muat di pelabuhannya rusak sehingga tidak bisa melakukan kegiatan bongkar muat dan mengganggu penyandaran kapal.
“Itu tidak benar, memang ada lima RTGC dan hanya satu yang rusak dikarenakan kemasukan air hujan masuk ke mesin. Namun untuk container crane (CC) dalam kondisi baik semua,” kata Deni Sonjaya, Humas Pelindo Panjang kepada Ocean Week per telpon, Rabu (25/1) sore.
Deni juga menyatakan bahwa Pelabuhan Panjang telah melakukan modernisasi fasilitas & peralatan disertai dengan peningkatan kompetensi personil, implementasi ICT (Information and Communication Technologies) sejak Juli 2010, peningkatan sistem kerja dalam kerangka ISPS Code. “Dengan demikian, kecepatan dan ketepatan dalam pelayanan kapal dan barang dapat ditingkatkan dengan dukungan sistem pengelolaan data yang baik,” ujarnya.
Bahkan, ungkap Deni, pihaknya kini tengah mencari investor yang siap bekerjasama untuk mengelola lahan seluas 4 hektar milik perseroan. “Lahan itu dapat digunakan untuk kegiatan logistic,pergudangan maupun pendukung jasa kepelabuhanan,” ucapnya.
Deni juga menjelaskan kalau pelabuhan Panjang selama 2016 berhasil menangani kegiatan barang sebesar 8.633.966 ton, naik 16 dibandingkan 2015 yang tercatat 7.423.423 ton.
Komoditi ekspor dan impor yang ditangani sangat beragam, termasuk gula, tapioka, kopi, nanas, dan buah-buahan tropis lainnya, semen, kedelai, udang, padi, jagung, singkong, lada, ternak, pupuk, batubara, dan lokomotif. Komoditas bongkar muat domestik termasuk batubara, CPO, BBM, semen, pupuk, kernel dan barang konsumsi ke beberapa negara seperti India, China dan beberapa negara Asia dan Eropa lainnya.
Pelabuhan Panjang memiliki kedalaman kolam 6mLWS sampai – 75mLWS dan memiliki tiga terminal spesialis berdasarkan jenis barang yaitu terminal Multipurpose, terminal Petikemas dan terminal Curah Kering.
Layanan Kapal Tak Beraturan
Sementara itu, sesuai informasi yang diterima Ocean Week dari salah satu pengguna jasa di Panjang mengungkapkan, berdasarkan rapat hari Selasa (24/1) bahwa RMQC 01 kondisi rusak tidak dapat digunakan.

“RMQC 02 dapat digunakan namun hanya untuk kargo 29,5 ton kebawah. RMQC 03 kondisi baik. Sedangkan RTGC yang berjumlah lima unit, tetapi yang bisa dipergunakan hanya RTGC 04 dan RTGC 02, yang tiga lainnya masih dalam perbaikan,” kata Sunarno HS, Manager PT Tresnamuda Sejati melalui What Shap (WA) yang dikirimkan kepada Ocean Week, Kamis (26/1) dini hari.
Dalam WA itu, Sunarno juga menyatakan bahwa untuk side loader dan top loader kondisinya pun rusak berat. Sementara forklip meminjam dari pihak Uster apabila dibutuhkan, tapi itupun kapasitasnya kecil.
Informasi yang dikirmkan Sunarno kepada Ocean Week ini berdasarkan info dari Ahmad, salah seorang karyawan PT Tresnamuda Sejati di Panjang. Bahkan, dalam laporannya menyebutkan sampai sekarang untuk permohonan SLA belum dibuat karena kondisi alat tidak mendukung, maka system yang dipakai bukan lagi berthing window, melainkan kapal yang tiba lebih dahulu itu yang dilayani.
Akibatnya, kapal tidak beraturan selalu delay. “Kami serung dikomplain oleh pihak owner yang menanyakan berthing window,” kata Ahmad.
Oleh sebab itu, Sunarno berharap direksi PT Pelindo II turun tangan dan segera dapat mengatasi masalah yang sedang terjadi di pelabuhan Panjang ini, sehingga tidak mengganggu aktivitas bongkar muat container maupun jadwal penyandaran kapal.
Ketua DPC INSA Lampung Yusirman menyatakan kalau ada crane rusak, kapal yang memiliki crane sebaiknya tidak dilarang menggunakan cranenya. “Jangan sampai seperti orang jatuh ketimpa tangga,” ujarnya. (***)