CEO PT Pelindo III Ari Askhara menyatakan Perseroan memperluas fasilitas lapangan penumpukan peti kemas (container yard) di Terminal Teluk Lamong (TTL), Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, dari eksisting 10 blok berkapasitas 1 juta TEUs menjadi 15 blok berkapasitas 1,5 juta TEUs.
“Pelindo III berinvestasi untuk perluasan CY (container yard/lapangan penumpukan) tahap kedua ini senilai hampir Rp 400 miliar,” kata Ari dalam keterangan tertulisnya, selasa (10/04).
Menurut dia, TTL diproyeksikan sebagai terminal peti kemas utama di Pelabuhan Tanjung Perak yang pada fase ultimate (final) menjadi seluas 30 blok lapangan penumpukan peti kemas dengan kapasitas mencapai 6,5 juta TEUs.
Dalam program ini proyek pembangunan dimenangkan oleh BUMN infrastruktur, PT Nindya Karya. Direktur Utama Nindya Karya Indrajaya Manopol menyampaikan, rasa syukur atas kontrak pertama yang diterima dari Pelindo III di tahun ini.
“Nindya Karya percaya diri dapat menyelesaikan proyek ini selama 18 bulan, meski target dari kontrak adalah 2 tahun. Pelindo III akan diuntungkan jika proyek selesai lebih cepat, karena (infrastruktur yang dibangun) jadi dapat segera digunakan” ujarnya.
Indrajaya juga menambahkan, pihaknya juga antusias bekerja membangun infrastruktur bersama Pelindo III. Sinergi BUMN dapat membuat bisnis Pelindo III dan Nindya Karya tumbuh bersama.
“Proyek ini penting sebagai pengembangkan jalur logistik untuk menekan cost. Bagian dari Program Nawacita Pemerintah agar target pertumbuhan ekonomi 5% untuk tahun ini dapat tercapai,” tambahnya.
Selain menyepakati kontrak bersama Nindya Karya, Pelindo III juga menandatangani kontrak kerja dengan PT Hutama Karya untuk proyek peninggian dermaga Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
Kepala Wilayah IV PT Hutama Karya Andung Damar Sasongko memaparkan, keunggulan proyek bersama Pelindo III merupakan pertama kalinya tugas untuk mengerjakan proyek dengan metode manajemen pembangunan (building management method/BIM). Metode ini diarahkan oleh Ari Askhara yang pernah menjadi direktur BUMN konstruksi pada PT Wijaya Karya.
“BIM merupakan suatu sistem yang bisa merubah konsep konstruksi di Indonesia. Dengan menerapkan BIM, tingkat kecocokan dari tahapan design, planning, construction, dapat dioptimalkan, sehingga dapat menghemat biaya dan waktu,” jelasnya.
BIM juga telah diterapkan pada proyek pembangunan flyover akses TTL yang dilakukan Pelindo III dengan PT Wijaya Karya dan menjadi terlaksana lebih cepat 2 bulan dari target 14 bulan yang direncanakan.
Di sisi lain, CEO Pelindo III Regional Jawa Tengah, Ardhy Wahyu Basuki menerangkan, terkait proyek peninggian dermaga Terminal Samudera di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang tersebut.
“Dimensi terminal seluas 38 x 300 meter ditinggikan 2,1 meter LWS (low water spring/permukaan air) atau dari semula 1,1 meter LWS menjadi 3,2 meter LWS. Pekerjaan dilaksanakan selama 9 bulan dengan nilai investasi sebesar hampir Rp 280 miliar,” jelasnya.
Peninggian dermaga Terminal Samudera ditujukan untuk mengembangkan dari semula dermaga untuk general cargo menjadi dermaga peti kemas.
“Nantinya container crane (alat angkat peti kemas) di Terminal Peti Kemas Semarang akan ada yang dipindahkan ke Terminal Samudera. Selain itu juga akan terkoneksi dengan jalur rel kereta api, sehingga pengangkutan peti kemas akan semakin lancar dan biaya logistik di Semarang akan semakin efisien,” paparnya. (li/pld3/**)