Pembangunan Dermaga C-04 di Pelabuhan Marunda, Jakarta Utara segera terealisasi pada Juli mendatang. Nantinya, dermaga ini akan menopang segala aktivitas peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok. PT KBN, mesti melengkapi perijinan yang dipersyaratkan.
Pemprov DKI Jakarta sebagai salah satu pemilik saham di PT KBN, kata Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, akan membantu dalam proses pengurusan Amdal dan pelelangan.
“Dukungan akan diberikan terkait pengurusan Amdal dan proses pelelangan,” ujarnya di Balai Kota DKI Jakarta.
Sementara itu, Kabid Ketataruangan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu DKI Jakarta, Iwan Kurniawan mengatakan, sebelum pembangunan dimulai, KBN harus sudah melengkapi dengan Izin Amdal dan IMB.
Untuk diketahui, pembangunan dermaga C-04 di Pelabuhan Marunda ini sudah dicanangkan sejak tahun 2013. Dermaga ini nantinya untuk menopang Pelabuhan Tanjung Priok, sehingga tercipta kawasan terintegrasi dan terpadu.
KBN memiliki lahan seluas 620 hektare di Marunda. Sementara dermaga yang akan dibangun berada di areanya dengan luas sekitar 1.300 meter. Pelabuhan itu juga akan dilengkapi alat berat berupa crane. Dalam membangunan pelabuhan Marunda membutuhkan dana sebesar Rp2,250 triliun.
Nantinya pelabuhan itu, pembangkit listrik berbahan bakar gas dengan kapasitas 2×1.000 Mega Watt dan terminal gas juga akan dibangun. Tujuannya adalah untuk melayani kapal barang dari Jakarta ke Surabaya dan Semarang, atau rute sebaliknya.
Pembangunan pelabuhan ini diklaim dapat menekan efisiensi biaya hingga 40 persen. Selain itu, waktu tempuh yang digunakan juga lebih singkat dibandingkan melalui jalur darat.
Selain sebagai pelabuhan satelit di Jakarta, pembangunan dermaga di Marunda juga bertujuan untuk mengurangi kemacetan di jalur pantai utara Pulau Jawa (Pantura).
Pelabuhan Marunda ini nantinya untuk mendukung aktivitas lalu lintas barang dan truk untuk program short sea shipping di dalam negeri. Informasi Ocean Week di KBN membenarkan untuk pengembangan dermaga baru ini, BUMN pengelola kawasan ini bakal mengguyur dana Rp 2,2 triliun.
“Bangun dermaga saja belum termsuk crane Rp 1,1 triliun. Tapi total investasi, termasuk peralatan Rp 2,250 triliun,” kata Sumber yang keberatan disebut namanya.
Saat beroperasi, pelabuhan ini memiliki kedalaman 8 meter dan panjang dermaga 1.300 meter. Area dukung dermaga di sisi darat seluas 20 hektar. Dengan kedalaman seperti itu, dermaga mampu melayani kapal dengan bobot 15.000 DWT (Deadweight Tonnage).
“Peruntukannya untuk coastal shipping dan multi purpose, kemudian melayani pembangkit. Di situ rencana bakal dibangun PLTG 2X1000 MW. Terus untuk mendukung dry port dan terminal gas,” ujarnya.
Saat beroperasi di 2017, dermaga akan menjadi pendukung Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta Utara. New Marunda Port (CO4) akan melayani aktivitas bongkar barang dan curah dalam negeri. Fungsi pelabuhan juga mendukung aktivitas industri-industri yang berada di area KBN Marunda dan Cakung.
Selain itu, kapal bakal melayani angkutan pembawa truk barang rute Jawa. “Nanti disana, truk bisa dimuat dengan kapal RORO. Angkutan truk di pantura, dialihkan ke situ. Untuk kurangi beban tinggi serta kecelakaan. Ini bisa pangkas biaya transportasi 30%-40%,” ungkapnya.
Di Pelabuhan Marunda, saat ini sudah ada pengelola terminal, salah satunya PT KCN, dan Marunda Center.
Kemenhub juga ingin menetapkan perairan di pelabuhan ini sebagai wajib pandu. Beberapa bulan lalu, wajib pandu sudah diuji-coba. Sebagai pelaksananya yakni PT Pelindo Cabang Tanjung Priok, namun karena sesuatu hal, Pelindo menarik diri dari pemanduan di Marunda. Kemudian KSOP Marunda menunjuk KBS sebagai pengelola pemanduan menggantikan Pelindo.
Sebagai pengelola kawasan, pihak KBN mestinya juga harus memikirkan akses jalan ke dan dari pelabuhan Marunda yang saat ini sangat parah. Beberapa kali Ocean Week melihat ke pelabuhan, dan begitu memasuki kawasan pelabuhan, sepanjang jalan banyak berlobang yang menimbulkan kubangan air, bahkan lumpur.
Karenanya, tidak sedikit kendaraan (mobil) kecil yang tak berani memasuki areal pelabuhan ini, karena akses jalan yang rusak parah. (**)