Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) NTT Paul Liyanto mengkritik proses bongkar muat di pelabuhan peti kemas Pelabuhan Tenau Kupang yang dinilai sangat lambat.
“Saya punya pengalaman sendiri soal ini, karena saat mau membangun transmart Kupang, ada masalah yakni proses bongkar muat pelabuhan khususnya material pembangunan terkendala sampai dua minggu,” katanya kepada wartawan di Kupang, kemarin.
Hal ini disampaikannya berkaitan dengan perkembangan investasi di NTT yang hingga kini masih terus terkendala engan berbagai masalah.
Sementara itu pihak Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Cabang Tenau Kupang ketika dikonfirmasi soal lambannya arus bongkar muat di pelabuhan tersebut belum juga bisa dihubungi.
Menurut Paul Liyanto, jika ingin membangun NTT maka diperlukan sistem kerja yang cepat dan tidak berbelit-belit yang berujung pada terkendalanya pembangunan di NTT khususnya di Kupang.
“Kalau di Jakarta, atau Surabaya proses bongkar muatnya sangat cepat sehingga tak menimbulkan antrean kapal yang panjang. Yang pada akhirnya berujung pada keterlambatan pembangunan,” ujarnya.
Paul menyatakan, NTT sendiri sudah dikenal lama sebagai provinsi termiskin dan tertinggal. Oleh karena itu untuk menghilangkan kesan tersebut maka hal-hal kecil seperti bongkar muat di pelabuhan serta hal-hal yang menyangkut perijinan tidak boleh diperlambat atau dipersulit.
Ia pun menceritakan bahwa seharusnya pembangunan transmart di Kupang ditargetkan pengerjaannya selama 10 bulan yang dimulai sejak awal 2017. Namun karena beberapa kendala seperti proses bongkar muat yang lama, serta proses perijinan yang berbelit-belit maka membutuhkan waktu satu tahun lebih.
“Masalah perijinan ini yang menjadi masalah. Saya dapat laporan soal pembangunan transmart, katanya dipersulit ke sini dan ke sana oleh pertanahan Kota Kupang, akhirnya molor pembangunannya. Saya rasa ini yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah kita,” katanya. (ant/**)