Para pengusaha shipping line pesimis bisnis pelayaran angkutan ekspor impor dapat bangkit dalam dua tahun kedepan, mengingat krisis perekonomian dunia hingga sekarang belum pulih.
“Kami memprediksi dua tahun lagi belum tentu pelayaran bangkit, karena perekonomian dunia belum membaik. Justru pelayaran domestic kami melihat tak terpengaruh oleh krisis, sebab ada cabotage,” kata David Lengkong, owners PT Tresna Muda Sejati kepada Ocean Week di Jakarta.
Menurut dia, pelayaran domestic dipastikan membaik karena selain ada cabotage juga ongkos angkutnya cukup bagus. Misalnya, ongkos angkut dari Jakarta-Papua bias Rp 16 juta, sedangkan Jakarta-Jepang hanya berapa, kalah jauh dibandingkan domestic.
David mengaku jika sekarang sudah banyak bisnis shipping yang tak beroperasi. Apalagi yang bergerak ke luar. “Kami sekarang hanya menangani keagenan saja. Untuk dalam negeri TMS masih eksis,” ungkapnya.
Menanggapi program kemaritiman pemerintahan Jokowi dengan konsep Tol Laut, David menilai bahwa program itu bagus. Bahkan dengan program tersebut sudah ada di beberapa rute, cost logistic turun. “Cuma kami berharap pemerintah melibatkan pebisnis pelayaran swasta untuk mendukung program itu, sehingga perusahaan pelayaran nasional dapat tetap eksis,” ujarnya.
Sementara Hendrik Lengkong, salah satu direksi TMS mengungkapkan bahwa perusahaan pelayaran mesti pandai membaca dan membuat strategi agar usahanya terus berlangsung. “Sekarang banyak perusahaan pelayaran yang wait and see. Tapi karena kami keagenan, masih jalan,” tuturnya.
Di tempat terpisah Managing Directore PT Sinotrans CSC Indonesia Alan Lee menyatakan bahwa bisnis pelayaran juga sedang lesu karena belum pulihnya perekonomian dunia. “Namun dengan adanya kasus Hanjin, ada juga pelayaran yang diuntungkan, sebab beberapa pasar Hanjin ke Amirika, Eropa banyak beralih ke pelayaran lain. Dan ini peluang,” katanya.
Keterpurukan bisnis pelayaran juga dialami oleh pebisnis logistic. Menurut Iskandar Zulkarnain, Direktur Utama PT Internusa Hastabhuana, sekarang ini sudah puluhan usaha logistic nasional tak beroperasi. “Ini massa yang sulit, kami hanya bisa bertahan, makanya pebisnis mesti pandai melirik pasar agar usahanya tetap eksis,” ungkap mantan ketua umum ALFI itu. (***)