Bagi orang yang tidak tahu dan hanya melihat dari luar, sosok Bani Mulia dinilai sepertinya enak. Apalagi memiliki posisi dibayak perusahaan Samudera Grup yang sangat mapan. Namun apakah pandangan orang luar itu juga seperti yang dirasakan cucu almarhum Soedarpo Sastrosatomo, pendiri Samudera Indonesia. Mungkin ya dan mungkin tidak.
Sebagai generasi ketiga penerus tahta bisnis yang dibangun pendahulunya itu, putera Masli Mulia ini pasti tanggung-jawab sangat berat. Bagaimana Bani setiap hari mesti mengurus puluhan company grup Samudera Indonesia ini.
“Tapi itu memang sudah jadi tanggung-jawab saya, makanya waktu, pikiran, sampai perasaan, full saya dedikasikan untuk perusahaan,” ujarnya santai.
Ocean Week yang dalam dua minggu ini ketemu dua kali dengan pria lajang yang cocok sebagai pesinetron ini, terkesan sungguh luar biasa Bani. Kenapa, karena kelihatannya Bani tak punya waktu untuk santai. Waktu baginya terkesan hanya untuk kerja, kerja dan kerja. Sebentar ketemu orang, ngobrol, sebentar pergi dan sudah ketemu yang lain lagi.
Pada Selasa (6/6) kemarin, sewaktu bertemu di Semarang dalam rangka acara salah satu perusahaannya untuk peluncuran kapal perintis Sabuk Nusantara 106 di galangan Yasa Wahana Tirta Samudera, Bani pun tak sempat berlama-lama bercerita kepada Ocean Week.
“Kalau mau nanya mengenai galangan kapal Samudera shipyard, mesti tanya ke Prabowo Budhy Santoso (salah satu direktur grup Samudera Indonesia), dia yang lebih tahu,” ungkapnya singkat.
.Di Semarang sendiri, selain dating untuk peresmian kapal Sabuk Nusantara 106, Bani juga menyempatkan menengok ke PT Samudera Indonesia, pelayaran salah satu cabang perusahaannya dikawasan heritage kota Semarang.
“Kantor ini kami beli sudah lama, karena ini menjadi perkantoran yang dulu dibangun oleh Belanda, maka bentuk kantor kami rubah dan kembalikan ke bangunan aslinya,” ujarnya sembari mengontrol bagian-bagian ruang kerja para pegawainya.
Prabowo kepada Ocean Week menceritakan bahwa kantor cabang pelayaran Samudera Indonesia ini dibelinya dari tahun 70-an, karena disini ada juga beberapa kantor pelayaran seperti Pelni dan Djakarta Lloyd. “Dulu saya yang pegang cabang sini (Kepala Cabang-red),” ujarnya.
Kalau Samudera Shipyard, Prabowo menambahkan, didirikan sejak 1976. Pada awalnya galangan ini hanya untuk pemeliharaan armada kapal milik Samudera Indonesia. Tapi, karena makin lama semakin berkembang, kemudian tidak hanya untuk kepentingan sendiri, juga melayani kapal-kapal perusahaan lain di Indonesia.
Bani yang ditemani Prabowo, dan Musthofa, Direktur Pengelola Samudera Shipyard kembali bercerita, bahwa layanan yang ada di galangan ini mencakup pemeliharaan kapal, perbaikan, dan pembangunan kapal baru serta fabrikasi komponen dan alat-alat industry.
“Seiring dengan pertumbuhan industry pelayaran di Indonesia, kami terus meningkatkan kapasitas dan kompetensi demi memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan. Alhamdulillah, kami diberi kesempatan membangun dua kapal Sabuk Nusantara, yakni 106 dan 98. Keduanya tahun ini sudah selesai, karena Sabuk Nusantara 106 sudah diluncurkan, dan yang 98 masih penyelesaian,” jelas Bani.
Dia juga mengungkapkan bahwa kapal Sabuk Nusantara berkapasitas 1200 GT itu jangka waktu pembangunannya ditetapkan pemerintah selama 24 bulan. Kapal ini mempunyai panjang sekitar 62,8 meter, lebar 12 meter dengan kecepatan 12 knot, mampu menampung 400 penumpang dan 100 ton barang.
“Rencana Agustus 2017 kami serahkan. Sabuk Nusantara 98 kami rencanakan diluncurkan akhir Juli nanti,” katanya.
Bani juga bercerita bagaimana kesulitan yang dihadapi industry galangan saat ini, karena mayoritas suku cadang masih harus diimpor. Selain harganya mahal, proses administrasi impor juga memakan waktu lama, akibatnya mempengaruhi kinerja galangan dalam membangun kapal.
Pastinya, tegas Bani, Samudera Indonesia akan senantiasa mendukung program tol laut pemerintah untuk memajukan industry maritime nasional. Sebab, selain memacu industry galangan lebih kompetitif, juga bermanfaat bagi masyarakat daerah terpencil.
Bani pun mengaku bangga dengan kepercayaan yang diberikan pemerintah untuk terlibat dalam pembangunan kapal perintis ini. “Kapal yang dibangun di Indonesia oleh galangan milik Indonesia akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia,” ucapnya.
Tetapi, Bani memang bukan sosok yang mudah menyerah dengan berbagai kesulitan dan tantangan yang dihadapinya. Dia justru selalu belajar dari kesulitan yang dihadapinya setiap waktu. Karena dalam setiap perjalanan yang tidak enak, atau setiap tantangan dihadapi adalah bekal untuk posisinya saat ini. Menurutnya, setiap orang ada “jalannya”, punya cita-cita, tapi sebagai orang beragama Bani percaya semua yang terjadi atas seizin Allah. Jalan Bani, disadari kebetulan di sini, di perusahaan keluarga.
Sebagai putera pasangan Masli Mulia dengan Chandraleika Soedarpo ini, Bani mengaku komit untuk terus memajukan puluhan perusahaannya itu. “Jalan saya memang sudah disini, totalitas tenaga, pikiran, semuanya hanya untuk perusahaan,” katanya mengakhiri ceritanya. (***)