Permasalahan tingginya distribusi angkutan barang menjadi fokus yang diangkat dalam kegiatan workshop depo kontainer Asosiasi Depo kontainer Indonesia (Asdeki), pada tanggal 23-24 November.
“Sebab tingginya biaya juga memperlemah daya saing hampir semua komoditi yang diproduksi indonesia,” kata Sekjen Asdeki Khairul Mahalli kepada Ocean Week, Rabu (25/11).
Menurut Khairul, sektor logistik menghadapi banyak permasalahan, antara lain masalah komoditasnya, infrastruktur, pelaku dan penyedia jasa logistik, SDM, teknologi informasi dan komunikasi, regulasi, dan kelembagaan.
Dia juga meyoal masih rendahnya pertumbuhan infrastruktur jalan, lalu jalanan macet, ritase/produktivitas armada menjadi sangat rendah. Kemudian sistem distribusi dan logistik yang belum terintegrasi dan masih semi otomatis, serta belum seluruhnya online. Juga volume perpindahan barang yang cenderung menurun.
“Itulah kondisi yang dihadapi angkutan barang di negeri ini,” ujar Khairul.
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, ungkap Khairul, memiliki karakteristik yang sangat berbeda dibandingkan negara lain. Luasnya perairan dan masih terbatasnya infrastruktur yang menunjang lancarnya pergerakan arus barang menjadi tantangan bagi penyedia jasa logistik, termasuk di dalamnya jasa depo kontainer.
Dengan adanya berbagai masalah tersebut, dan untuk mengatasinya, kata Khairul, maka pola distribusi barang harus cepat, tepat, aman, termonitor, harga kompetitif.
“Untuk mencapai hal itu, mesti didukung dengan infrastruktur atau peralatan yang memadai, SDM yang handal atau profesional, sistem informasi teknologi terintegrasi, letak geografis yang terkoneksi untuk memperpendek jalur distribusi, dan sinkronisasi regulasi,” jelas Khairul.
Depo petikemas sebagai salah satu mata rantai hal itu, kata Khairul, mempunyai peran dalam mendukung sistem logistik yang efisien.
“Mendukung efisiensi tata kelola dan tata niaga dalam sistem logistik nasional. Peran depo petikemas juga sebagai bagian dari fasilitas penyimpanan infrastruktur logistik guna mendukung kegiatan bongkar muat barang. Dan yang terpenting berperan memperlancar dan mengefisienkan jalur mata rantai pasok, terutama dalam internasional trade (ekspor impor),” ujar Khairul panjang lebar. (**)