Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) Banten sedang fokus menggodok OPP/OPT, mengingat di pelabuhan Banten sudah diminta supaya tahun ini bisa diterapkan hal itu.
Hal itu diungkapkan Alawi Mahmud, Ketua APBMI Banten menjawab Ocean Week, di kantornya, Cilegon Banten, Kamis (16/2/2023). “Kita sedang fokus itu karena Pak Ketum APBMI (Juswandi Kristanto-red) juga minta supaya di pelabuhan Banten ada OPP/OPT. Dan kami (APBMI Banten) sudah ada kesepakatan kesepahaman untuk itu antara GINSI, APBMI, GPEI, Pelindo, dan ISAA yang ditandatangani di PMLI Bogor, beberapa waktu lalu,” ungkap Alawi.
Prinsipnya menurut Alawi, semua nya sepakat bagaimana menjaga stabilitas arus logistik dari dan ke pelabuhan dari gangguan pihak-pihak yang tak menginginkan adanya suasana kondusif.
“Saat ini, tim tarif yang terdiri dari APBMI, GINSI, GPEI, Pelindo, PTP, dan KJS sedang menggodok Opp/opt, habis lebaran mau didiskusikan setelah tim tarif selesai menggodok nya,” ujarnya lagi.
Alawi juga sempat bercerita jika hubungannya dengan Pelindo maupun KBS sangat baik. Bahkan untuk urusan pekerjaan bongkar muat, antara anggota APBMI Banten dengan kedua BUMN tersebut berjalan harmonis.
“Mulai 1 Maret, kami menggandeng PT Yuliana Inti Persada kerjasama dengan APBMI untuk penyediaan alat mekanis dari yang kecil sampai alat berat (crane) untuk mendukung kegiatan bongkar muat di pelabuhan, dan ini bakal meringankan anggota, karena harga bisa murah, dan pembayarannya bisa lentur,” katanya.
Bagusnya lagi, ungkap Alawi, kalau terjadi kerusakan alat lebih dari satu jam, maka sesuai kesepakatan kontrak, alat harus diganti, namun jika kurang dari satu jam masih bisa ditolerir.
Cuma Alawi sedikit prihatin dengan biaya TKBM untuk kegiatan bongkar steel produk. “Tarifnya mencapai Rp 10.800 per ton. Ini sangat memberatkan anggota APBMI disini, makanya kalau diberi pilihan, kami lebih memilih pola amprah dari pada sistem borong atau harian,” jelasnya.
Dalam periode kepemimpinan Alawi yang kedua kali ini (2023-2028), APBMI bakal berusaha bagaimana kemitraan dengan para pihak (termasuk Pelindo dan KBS) dapat saling memberi manfaat.
“Kami berharap bisa mewujudkan hal itu, serta bagaimana mempertahankan eksistensi PBM di masa depan,” katanya. (**)