Akibat bencana banjir selama dua hari yang melanda DKI Jakarta dan sekitarnya, Asosiasi Depo Petikemas Indonesia (ASDEKI) mengklaim mengalami kerugian mencapai Rp 32 milyar, belum termasuk perbaikan lapangan penumpukan jika terjadi kerusakan sekitar Rp 225 Milyar.
Ketua Umum ASDEKI H. Muslan mengungkapkan bencana Banjir di Jakarta selama dua hari (Senin (24/2 dan Selasa (25/2) ini berdampak pada proses kerja perusahaan depo petikemas, anggota ASDEKI DKI Jakarta.
“Genangan air yang masuk di dalam depo dan di sejumlah titik jalan menuju depo berdampak pada arus pergerakan barang/container mengalami gangguan pendistribusiannya. Akibat banjir yang merendam sejumlah ruas jalan di Jakarta dan sekitarnya pengiriman kontainer jadi terlambat dan terhambat. Ini merupakan kerugian besar bagi kami,” katanya dalam rilis ayng dikirmkan ke Ocean Week, Selasa siang (25/2).
Menurut Dirut PT GNS ini, menurunnya aktivitas keluar masuk container dari dan ke depo sebesar 25% dari total kegiatan normal yang rata rata per hari mencapai 34.000 sampai dengan 40.000 TEUs. “Kerugian materi dari pergerakan tersebut sekitar Rp 12 Milyar per hari,” ujar Muslan prihatin.
Kata Muslan, kerugian akibat libur 2 hari banjir tersebut karena perbaikan container otomatis berhenti, sebab pekerja repair tidak masuk kerja karena banjir. Lalu adanya pemadaman listrik dari PLN sehingga pekerjaan perbaikan container tidak dapat dilaksanakan. “Secara materi apabila kerusakan container ringan rata-rata 30% dari jumlah container yang masuk sehingga kapasitas pekerjaan repair perhari mencapai 510 box dengan demikian kerugian dari pekerjaan repair tersebut sebesar kurang lebih Rp 2 Milyar per hari atau Rp 4 Milyar selama 2 hari, sehingga total kerugian dalam 2 sektor kegiatan tersebut mencapai Rp 14 Milyar per hari atau Rp 28 Milar selama 2 hari,” ungkapnya lagi.
Belum lagi kerugian akibat kerusakan lapangan, Muslan memperkirakan lapangan yang terendam air banjir untuk depo container dari 25% seluruh luas depo di DKI Jakarta yang dimiliki oleh 34 perusahaan berkisar 4 hektar, jika kali 34 perusahaan mencapai 340.000 M2 atau 34 Hektar. “Apabila lapangan tersebut rusak maka biaya perbaikannya sekitar Rp 750 ribu/M2 sehingga jumlah perbaikan tersebut kurang lebih mencapai Rp 225 Milyar. Sehingga jumlah kerugian bagi pengusaha depo Container di DKI saja mencapai Rp 32 Milyar dalam 2 hari dan perbikan lapangan sekitar Rp 225 Milyar,” jelas Muslan.
Oleh karena itu, ASDEKI berharap pemerintah bisa mengumpulkan para asosiasi terkait dan stakeholders untuk membahas persoalan ini, kemudian mencari solusi terbaik. “Dari diskusi itu dapat disusun program untuk jangka pendek 1 tahun dan jangka panjang 5 tahun mengatasi banjir yang sering melanda Jakarta dan sekitarnya,” kata Muslan.
Sekedar info, total anggota ASDEKI di Indonesia saat ini mencapai 107 Perusahaan depo Container, tersebar di 8 Propinsi di pelabuhan utama di Indonesia, yakni DKI Jakarta, Jatim, Jateng, Lampung, Palembang, Sumut, Makasar dan Kep. Riau. “ASDEKI menjamin untuk kegiatan depo container masih tetap berjalan karena di DKI 75% atau 26 Perusahaan depo Container tetap membuka layanan kegiatan seperti biasa. Kami juga menghimbau kepada seluruh anggota untuk tetap melayani pengguna Jasa,” ucapnya.
Sekali lagi ASDEKI berharap Pemerintah segera dapat mengambil langkah kongkrit untuk mencagah dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya banjir kembali dengan melibatkan steakholder dan Assosiasi terkait untuk meminimize permasalahan gangguan distribusi container atau barang. (***)