Indonesia National Shipowner Association (INSA) pada tanggal 9 Agustus 2023, sudah berusia 56 tahun. Usia yang sudah tak muda lagi, karena organisasi ini didirikan pada tahun 1967 silam. Dikukuhkan melalui Surat Keputusan Menteri Maritim No.DP.10/7/9 tanggal 6 September 1967 sebagai satu-satunya badan/organisasi perusahaan pelayaran yang diakui oleh Pemerintah. Kemudian dikukuhkan dengan SK
Menhub No.KP.8/AL.308/Phb-89 tanggal 28 Oktober 1989.
Berbagai masalah yang sempat menimpa organisasi ini berhasil dilalui nya dengan baik. Apa saja keberhasilan yang sudah dikontribusikan organisasi yang beranggotakan sekitar 1.700 Pelayaran nasional SIUPAL ini.
Dua periode memimpin INSA, Carmelita Hartoto (familiar dipanggil Meme), sudah membuat banyak perubahan. Apa saja keberhasilan berbagai program INSA yang sudah dilakukan dan diakomodir oleh pemerintah dan kemudian dituangkan ke dalam kebijakan. Lalu, apa saja rencana program dan target INSA kedepan, berikut obrolan ocean week (OW) dengan Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto (CH).
OW : INSA sudah 56 tahun, bisa cerita kiprahnya ?
CH : Yang mesti perlu disyukuri adalah bahwa INSA Tanah Abang III sudah kembali diterima penuh menjadi anggota FASA. Kita tahu bahwa industri pelayaran nasional itu telah mengalami banyak pasang surut. Asas cabotage (tahun 2005) adalah tonggak sejarah perkembangan armada nasional kembali eksis untuk jadi tuan rumah di negeri sendiri. Sekarang ini kita berada di era mengisi dan mempertahankannya dengan sepenuh daya, dari berbagai pihak yang ingin masuk pada pasar dalam negeri bahkan dari segelintir pihak yang ingin menjual kedaulatan demi keuntungan sesaat.

OW : Maksudnya ?
CH : INSA sebagai satu-satunya wadah berkumpulnya pengusaha pelayaran niaga nasional Indonesia yang diakui pemerintah juga secara rutin dan konsisten aktif dalam memberikan masukan dan sumbang gagasan dalam rangka memajukan industri pelayaran nasional. Dan setiap kebijakan pemerintah terkait pelayaran pastinya melalui komunikasi dan sosialisasi dengan INSA. Dan tentunya setiap masukan kami di INSA menjadi pertimbangan pemerintah dalam mengambil keputusan.
OW : Bisa diberikan contoh ?
CH : Salah satunya, misalnya kita memperjuangkan beyond cabotage sejak 2012 untuk memperbaiki neraca jasa perdagangan kita yang kerap mengalami defisit, sekaligus membuat pelayaran nasional bisa ikut menjadi pemain dalam kegiatan ekspor impor.
OW : Targetnya ?
CH : Target kami tidak banyak, tapi butuh effort dan dukungan seluruh pihak. Intinya kami ingin membuat pelayaran nasional berdaya saing. Makanya kita butuh dukungan dari sisi perpajakan dan pembiayaan yang lebih friendly. Kami butuh equal treatment atau kebijakan setara yang didapatkan pelayaran asing dari pemerintah mereka, baik fiskal maupun moneter-nya. Karena toh, daya saing pelayaran nasional pada akhirnya akan berdampak positif bagi efisiensi biaya logistik.
OW : Hasilnya ?
CH : Bersyukur, sudah ada hasil yang diberikan kepada kami, misalnya PPH ps 21, dan stimulus dispensasi perpanjangan sertifikat-sertifikat kapal dan sertifikat crewing, selama sertifikat tersebut dapat ditunda dan tidak membahayakan aspek keselamatan. Dan juga dispensasi perpanjangan kewajiban untuk docking.
OW : Bagaimana bisnis pelayaran saat ini?
CH : Sekarang ini bisnis pelayaran cukup prospektif, setelah sekitar dua tahunan terimbas covid-19. Prospek positif bisnis pelayaran lantaran ekonomi juga mulai bergerak positif, pergerakan orang dan barang kembali normal. Apalagi peluang pelayaran juga cukup terbuka tahun ini, karena mulai munculnya angkutan raw material untuk pembangunan IKN. Selain itu, kebijakan hilirisasi juga mendorong adanya peningkatan muatan raw material ke smelter-smelternya, begitu juga pada angkutan kontainer yang tumbuh seiring pertumbuhan ekonomi di kuartal I tahun 2023 ini.
OW : Lantas ?
CH : Ekspansi akan sangat mungkin dilakukan, karena kebutuhan akan angkutan juga mulai tumbuh untuk jenis-jenis komoditas. Terlebih, bagi perusahaan yang telah memiliki kontrak kerja sama jangka panjang, tentu akan melakukan pengadaan kapal atau menambah kapal.
OW : Konon tahun 2005 menjadi kebangkitan pelayaran kita ya ?
CH : Bisa dibilang begitu, karena pada tahun 2005, disaat industri pelayaran sedang terpuruk, INSA menjadi aktor utama yang mendorong pemerintah untuk membuat suatu kebijakan demi mengembalikan kejayaan pelayaran niaga nasional. Lalu, pemerintah menerapkan asas cabotage berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional. Kemudian Inpres ini diperkuat dengan Undang-Undang No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran.

OW : Apa kontribusi nyata INSA?
CH : Banyak,, seperti yang sudah disebutkan tadi, sampai sekarang INSA terus memberikan kontribusinya untuk kejayaan industri maritim nasional. INSA juga mendukung upaya pemerintah menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Melalui program Tol Laut, INSA telah memberikan masukan-masukannya kepada pemerintah dalam menetapkan penambahan rute tol laut di tahun 2017. Selain itu, INSA bersama pemerintah secara aktif melakukan koordinasi untuk merumuskan suatu kebijakan-kebijakan yang pro terhadap kegiatan industri pelayaran nasional.
OW : Apa harapan Ibu sebagai Ketum ?
CH : Pada usianya yang sudah lebih dari setengah abad, INSA berharap seluruh anggota bisa mempersiapkan sistem kerja maupun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas untuk menunjang program pemerintah, yakni tol laut dan poros maritim dunia terutama dalam persaingan bebas menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).INSA secara historis sebagai satu-satunya organisasi pengusaha pelayaran niaga nasional yang memiliki kapabilitas dan basis legitimasi yang kuat dalam merepresentasikan kepentingan dan suara perusahan pelayaran niaga nasional. Secara fungsional, INSA telah menjadi mitra strategis pemerintah yang sah dalam rangka memformulasikan sejumlah agenda kebijakan dalam pembangunan industri maritim di Indonesia.
OW : Apa rencana kedepan ?
CH : Agenda strategis INSA kedepan adalah memperkuat komunikasi dan berkolaborasi dengan pemerintah dalam mengusahakan terbentuknya tatanan industri maritim yang kuat, mandiri dan produktif dengan menjadikan pelayaran Merah Putih sebagai aktor utama baik untuk inter island maupun ocean going.
OW : Apa pesan untuk anggota INSA ?
CH : Dalam era yang serba digital ini, supaya perusahaan pelayaran anggota dapat mengikuti perkembangan jaman. Kita berharap semua stakeholder shipping bersatu bergandengan tangan dan berkomitmen memulihkan ekonomi maritim, saling bantu membantu. Jangan sampai rantai logistik terputus yang akan berdampak luas. (**)