Indonesia National Shipowners Association (INSA) akan memasuki usianya yang ke-51 tahun, tepatnya tanggal 9 Agustus mendatang. Dalam perjalanan organisasi ini yang sudah mencapai setengah abad lebih, banyak sudah keberhasilan yang ditorehkannya dalam mewarnai dunia kemaritiman Indonesia, bahkan dunia.
Era kejayaan maupun keterpurukan sektor angkutan laut nasional inipun sudah dirasakannya. Pasang surut, pahit manis dan berbagai problematika menempanya menjadi organisasi yang semakin kuat, dan kokoh.
Tentunya, di usianya yang sudah matang, serta berpengalaman dibidangnya, INSA akan tetap dan terus berkontribusi positif, serta menjadi mitra strategis pemerintah untuk mewujudkan Indonesia Poros Maritim dunia.
Pada kesempatan emas ini, Ocean Week mencoba memperoleh bocoran mengenai beberapa hal yang akan dan sudah dilakukan asosiasi pelayaran nasional ini kepada Carmelita Hartoto, Ketua Umum DPP INSA, dan berikut petikannya.
Selamat, INSA sudah 51 tahun?
Terimakasih, tapi kedepan tantangannya masih banyak. Makanya saya berharap ada kekompakan diantara pelaku usaha pelayaran nasional, karena sekarang ini dan mendatang yang dihadapi bukan hanya di dalam negeri, namun persaingan global.
Apa yang menjadi fokus kedepan?
Banyaklah, saya pikir yang cukup penting adalah bagaimana pemerintah dan otoritas keuangan (Bank Indonesia) bisa memberikan insentif dalam pembangunan dan pembelian kapal. Salah satunya berupa keringanan bunga perbankan. Sebab, teman-teman (pebisnis pelayaran-red) hingga saat ini masih mengeluhkan tingginya bunga pinjaman perbankan untuk pembangunan dan pembelian kapal. Dan ini cukup berdampak terhadap pengembangan bisnis perkapalan di Tanah Air. Bunga perbankan dalam negeri masih tinggi dibandingkan bank-bank negara luar. Misalnya, di Indonesia bunga bank masih berkisar 12%, sedangkan bank luar negeri, untuk pembangunan dan pembelian kapal hanya dikenai 2%.
Jadi?
Kami berharap pemerintah atau otoritas bank Indonesia dapat memberikan insentif kepada industri perkapalan guna mendukung program tol laut untuk mewujudkan Indonesia poros maritim dunia. Apalagi jalur laut saat ini menjadi sangat penting untuk angkutan logistik yang paling efisien. Kalau pelayarannya kuat, tentu apa yang menjadi harapan pemerintah mengenai low cost logistik bisa tercapai, dan akhirnya Indonesia akan memiliki daya saing dengan negara luar.
Langkah yang dilakukan INSA untuk itu?
Kami akan bertemu dengan Bank Indonesia (BI) sekitar September mendatang untuk membicarakan kemudahan kredit bagi industri pelayaran nasional. Harapannya, bunga kredit pembelian kapal yang saat ini masih double digit bisa diturunkan. Dengan begitu, penambahan armada baru sekaligus peremajaan kapal-kapal tua dapat dilakukan.
Program INSA yang lain?
INSA tetap fokus pada azas cabotage dan beyond cabotage. Kami terus mendorong komitmen pemerintah untuk terus menjalankan asas cabotage yang memberikan dampak positif bagi industri pelayaran niaga nasional dan ekonomi Indonesia. Penerapan azas cabotage yang sudah sekitar 13 tahun itu perlu dijaga demi kedaulatan NKRI.
Bagaimana hubungan kemitraan dengan pemerintah?
Selalu baik, menurut saya sinergi antara INSA dengan stakeholder kemaritiman, khususnya instansi pemerintah mutlak dibutuhkan dalam rangka menyukseskan program pemerintah menjadikan lautan sebagai basis masa depan bangsa. Dan INSA secara rutin dan konsisten aktif dalam memberikan masukan dan sumbang gagasan untuk kemajuan industri pelayaran nasional. Misalnya, dilibatkannya anggota INSA dalam program tol laut, dan juga penawaran kerja sama operasi dalam pengeleloaan pelabuhan.
Pada Rakernas kali ini, apa yang menjadi topik?
Pada Rakernas ini (Kamis,2/8), INSA mengidentifikasi persoalan-persoalan yang masih ada dalam transportasi laut, baik persoalan kebijakan, investasi, organisasi, infrastruktur penunjang, maupun hambatan operasional bagi peningkatan daya saing usaha transportasi laut guna berpartisipasi dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Tujuannya tercipta rumusan rekomendasi dan merealisasikan aksi di bidang transportasi laut secara komprehensif, kemudian menyerahkannya kepada pemerintah sebagai kontribusi dari industri pelayaran nasional dengan harapan terjadi revolusi mental.
Apa yang menjadi keinginan INSA yang belum tercapai?
Pastinya banyak banget, namun kami akan sangat senang jika pelayaran nasional bisa kembali berjaya dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. (0w/**)