Operasional Pelabuhan Kijing di Mempawah Kalimantan Barat ditargetkan pada tahun 2019 mendatang. Harapan itu disampaikan Direktur Teknik dan Manajemen Risiko PT Pelindo II Dani Rusli Utama kepada Ocean Week, di Tanjung Priok.
“Kami berharap 2019, Kijing sudah dapat beroperasi. Pelabuhan ini nantinya dapat melayani sector industry hilir di provinsi Kalbar, antara lain minyak sawit mentah (CPO) dan alumunium,” ungkapnya saat ada kunjungan Menko Maritim Luhut Panjaitan ke Tanjung Priok, beberapa waktu lalu.
Dani juga menceritakan, pembangunan mega proyek Kijing dilakukan melalui tiga fase. Fase pertama terminal petikemas dan multipurpose, fase kedua terminal petikemas dan curah cair, kemudian fase ketiga terminal curah kering dan curah cair.
“Fase pertama membutuhkan investasi hingga sekitar Rp 2triliun. Tapi jika total semuanya mencapai Rp 5 triliun. Itu juga belum termasuk untuk peralatan penunjang bongkar muat,” ujar mantan Dirut PT JICT tersebut.
Kijing, ungkap Dani, memiliki kedalaman -15 LWs, sehingga perseroan tak perlu melakukan pengerukan. “Kijing memerlukan lahan seluas 200 hektar, sementara untuk kawasan industrinya 5.000 hektar,” ucap Dani.
Latar belakang dibangunnya Kijing, menurut Dani disebabkan pelabuhan Pontianak sudah tidak memadai lagi dengan besaran arus barang. Kapasitas Pontianak hanya berkisar 217.000 TEUs, sedangkan Kijing diproyeksi dapat menangani 500.000 TEUs. (***)