Priok menuju pelabuhan berwawasan lingkungan, dan Tanjung Priok mewujudkan green port dipastikan terealisasi tahun 2021 ini.
Apalagi semua pihak atau tiga pilar pelabuhan Priok (Otoritas Pelabuhan/OP, Syahbandar dan Pelindo) sudah sepakat menjadikan pelabuhan tersibuk di Indonesia ini benar-benar bersih dari sampah kapal, bersih dari limbah minyak kapal.
Salah satu upaya untuk menuju kesana (green port), para pemangku kepentingan di pelabuhan Priok harus tegas, salah satunya melalui peraturan, sebab tanpa ketegasan akan selalu terjadi ‘kucing-kucingan’ saat implementasi aturan tersebut.
Nah, itulah yang bakal dilakukan pihak Kantor Kesyahbandaran Utama Pelabuhan Tanjung Priok untuk merealisasikan pelabuhan berwawasan ramah lingkungan tetsebut.
Salah satu caranya dengan membenahi pelaporan kapal dalam sistem inaportnet. Karena selama ini, pelaporan dari kapal melalui inaportnet untuk limbah (B3 atau sampah rumah tangga) luput dari sistem pelaporan disitu alias sering tak sesuai dengan kenyataan.
Misalnya, pihak kapal sering mengisi kosong dalam pelaporan di inaportnet, padahal kenyataannya limbah itu ada.
“Ini yang mulai kami benahi. Targetnya dalam tiga bulan kedepan sudah nggak ada lagi hal-hal seperti itu. Kapal ya mesti membuat laporan semestinya. Misalnya, dalam kapal ada limbah 10 ton ya mesti dilaporkan di inaportnet, terus berapa banyak sampahnya juga dilaporkan,” kata Capt. Wisnu Handoko, Kepala Kantor Kesyahbandaran Utama Pelabuhan Tanjung Priok, kepada Ocean Week, di Jakarta, Jumat (29/1/2021).
Menurut mantan direktur Lalu lintas dan angkutan laut (Lala) Ditjen Perhubungan Laut ini, jika pihak kapal tak mengindahkan hal ini, dipastikan akan dikenakan sanksi, termasuk Nakhodanya.
“Semua itu untuk kepentingan pelabuhan Tanjung Priok. Dan ketegasan kami itu akan mulai kami ujicobakan kepada tiga perusahaan pelayaran (Pelni, Temas, Meratus) untuk 9 kapalnya (masing2 perusahaan tiga kapal) yang telah menandatangani komitmen penanganan limbah terpadu,” ungkapnya.
Upaya yang dilakukan pihak Syahbandar Tanjung Priok ini mendapat apresiasi dari PT Pelni.
“Kami pasti akan mendukung langkah yang dilakukan pihak Syahbandar, apalagi ini untuk menjadikan Tanjung Priok menuju green port,” ujar Indria Priyatna saat dikonfirmasi Ocean Week, Jumat.
Seperti diketahui bahwa langkah yang dilakukan pihak Syahbandar Priok maupun Kantor Otoritas Pelabuhan Priok, sangat didukung oleh Dirjen Perhubungan Laut (Dirjenla) R. Agus Purnomo, terutama program penanganan limbah kapal terpadu di pelabuhan Tanjung Priok.
“Sangat mendukung terhadap yang dilakukan oleh Syahbandar dan OP pelabuhan Priok yang sudah dengan semangat tinggi dalam menangani limbah kapal,” ujarnya kepada Ocean Week, di Jakarta.
Dirjen Agus Purnomo berharap upaya yang dilakukan oleh Syahbandar dan OP Priok tersebut, dapat menjadikan Tanjung Priok sebagai pelabuhan berwawasan ramah lingkungan.
“Dengan adanya manajemen limbah kapal terpadu, kita jadi tahu, dan bisa mengontrol kemana limbahnya dibuang,” ungkapnya.
Pada akhir tahun 2020 lalu, Dirjen Hubla Agus Purnomo bersama Dr. Marsetio (staf ahli Kemenko Maritim) dan Dirjen Gakum KLHK, pernah meninjau RF di Tanjung Priok. Mereka mengecek fasilitas penunjang pengelolaan limbah kapal di pelabuhan ini.
Yang juga perlu diketahui, bahwa pada akhir tahun lalu, telah dilakukan launching Ship Waste Management terhadap 9 kapal yang dipunyai tiga perusahaan pelayaran yakni Temas Line, Meratus, dan PT Pelni.
Selain itu juga dilakukan penandatanganan MoU oleh Syahbdandar Pelabuhan Priok, OP Priok, PT Pelindo Cabang Priok, DPC INSA Jaya, Ditlala, dan APLI mengenai Manajemen Limbah Kapal Terpadu di Pelabuhan Tanjung Priok.
Menurut Capt. Wisnu Handoko, bahwa manajemen limbah kapal terpadu merupakan pengaturan dan pengendalian limbah kapal yang meliputi kegiatan pengumpulan limbah di atas kapal, pelaporan, transportasi pengangkutan, penampungan sementara, transportasi pengiriman penerima akhir sampai dengan penerimaan limbah untuk diproses pemanfaatan limbah (recycle) atau dihancurkan.
Kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi pengaruh terhadap kesehatan dan lingkungan.
Maksud disusunnya manajemen limbah kapal terpadu ini, ujar capt. Wisnu, adalah untuk memberikan panduan bagi pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan limbah di pelabuhan baik dari sisi pemerintah selaku regulator, operator pelabuhan, pihak pengguna jasa pelabuhan (perusahaan pelayaran), keagenan kapal, dan pihak perusahaan jasa transportasi limbah dan penerima limbah.
“Tujuan manajemen limbah terpadu ini supaya terdapat keterpaduan dalam pengelolaan limbah kapal di berbagai aspek, meliputi SDM, sarana dan prasarana, metode, prosedur, biaya dan tarif sehingga dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sebagaimana target yang ditetapkan bersama oleh pemangku kepentingan,” jelasnya.
Latar belakang manajemen limbah kapal terpadu ini karena adanya konvensi internasional untuk pencegahan pencemaran dari kapal yang dikenal sebagai MARPOL 73/78 telah mengatur tentang kerangka kerja dari manajemen limbah kapal dan pelabuhan, salah satu bentuk implementasinya adalah berupa manajemen limbah kapal.
“Pelabuhan Priok sebagai pelabuhan hub internasional dan domestik tentu saja sangat membutuhkan manajemen limbah kapal,” kata Wisnu Handoko.
Wisnu juga menyatakan, manajemen limbah kapal terpadu dibuat untuk limbah yang dihasilkan oleh pengoperasian kapal, yang didalamnya melibatkan semua pemangku kepentingan baik regulator maupun pelaku usaha.
Sementara itu, Sekjen APLI Adrianus Tanari mengapresiasi terhadap program penanganan limbah terpadu tersebut.
Terkait dengan Ship Waste Management, APLI mendukung kesyahbandaran, OP dan operator pelabuhan untuk mewujudkan Tanjung Priok yang ramah lingkungan dan memenuhi standar nasional dan internasional dalam pengelolaan limbah.
Sementara itu, Capt. Yepi dari pelayaran Temas pernah menyatakan dengan adanya RF diharapkan kapal tak membuang limbahnya di sembarang tempat. “Kalau tak dibuang di tempat yang tepat akan mencemarkan dan menciptakan polusi,” ucapnya.
INSA Jaya pun sangat mendukung penanganan limbah terpadu yang diprakarsai oleh Kantor Syahbandar Priok tersebut, dalam rangka menuju green port. “Kami akan menghimbau kepada pelayaran anggota INSA Jaya untuk mendukung program ini, dan mematuhi aturan yang ada,” kata Capt. Supriyanto, sekretaris DPC INSA Jaya kepada Ocean Week, Jumat sore. (***)