Pandemi covid-19 berdmapak pada pertumbuhan perdagangan maritim melambat sejalan dengan perlambatan pertumbuhan PDB dunia.
Data menunjukkan prospek negatif untuk tahun 2020 dengan PDB dunia dan perdagangan maritim diproyeksikan menyusut sebesar 4,1%.
Wabah Corona itupun cukup berdampak pada IPC sampai dengan November 2020. Arus petikemas di IPC Grup misalnya, secara total turun 9,5% dibandingkan November 2019.
Ogi Rulino (direktur Transformasi dan Pengembangan Bisnis PT Pelindo II) menyatakan hal itu saat menjadi salah satu Nara sumber dalam acara webinar bertema Strategi Pelabuhan dan Pelayaran dalam Era Ekosistem Logistik, yang digelar Ocean Week bekerjasama dengan PT PMLI, pada Rabu (20/1).
Acara yang diikuti oleh sekitar 375 peserta tersebut, dibuka Menhub Budi Karya Sumadi, juga dihadiri Dirjen Hubla Agus Purnomo, para direktur ditjen Hubla, direksi PT Pelindo 1-4, serta para pelaku usaha di sektor angkutan laut nasional.
Dalam kesempatan itu, Ogi bercerita bahwa ada 2 aspek utama strategi IPC dalam era ekosistem logistik, yakni peningkatan dalam hard infrastruktur dan soft infrastruktur.
“Hard infrastruktur yaitu infrastruktur ramah lingkungan/green port, optimalisasi aset, juga membangun mengembangkan new port Kalibaru dan Kijing,” katanya.
Sedangkan soft infrastruktur, ujarnya, meliputi peningkatan kompetensi pegawai, digitalization & Terminl Operation improvement (TOS, autogate system).
Ogi juga mengungkapkan bagaimana perkembangan fungsi pelabuhan dapat membuat posisi pelabuhan menjadi semakin penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
“Fungsi pelabuhan saat ini tidak hanya sekedar untuk tempat bongkar muat barang, namun telah berevolusi menjadi intermoda transport oriented and supply chain integrated port,” ungkapnya lagi.
Selain itu Ogi pun menceritakan mengenai korelasi GDB dengan pertumbuhan kontainer dan proyeksi pertumbuhan kontainer di Tanjung Priok.
Misalnya, throughput kontainer Indonesia pada tahun 2008 mencapai 6 juta TEUs dan tahun 2018 tercatat 10 juta TEUs. Sementara untuk Tanjung Priok, tahun 2008 mencatatkan 4 juta TEUs dan proyeksi 2030 tercapai 10 juta TEUs.
“Jumlah throughput kontainer pelabuhan Tanjung Priok merupakan 40% dari total throughput kontainer di Indonesia dengan CAGR 4,6%,” katanya.
Padahal utilisasi pelabuhan Priok pada tahun 2018 sebesar 70% dengan estimasi naik menjadi 90% di tahun 2025 mendatang.
Ogi memambahkan bahwa hampir semua layanan dalam bisnis di pelabuhan sudah menggunakan digitalisasi.
Untuk Tanjung Priok, misalnya, sudah ada inaportnet, lalu vessel management system’, marine operating system, vessel traffic service, SIMOP (vessel). Kemudian untuk operasional di terminal sudah menggunakan container TOS, non container TOS, SIMOP, dan container operating system.
Dia berharap dengan meningkatkan kualitas layanan pelabuhan, bisa mendorong terciptanya rantai logistik yang lebih efisien.
“Penyebab tingginya biaya logistik karena rantai logistik yang tidak efisien,” kata Ogi Rulino. (***)