Program tol laut masih dinilai positif, bukan saja berhasil menurunkan disparitas harga barang antara wilayah Indonesia timur dan bagian barat, namun juga mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat pada wilayah yang disinggahi tol laut.
Oleh karena itu pemerintah terus menambah trayek tol laut. Jika pada 2020 masih 26 trayek, namun di tahun 2021 ditarget menjadi 21 trayek.
Pada awal tahun 2021, Kabupaten Merauke melalui Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Merauke telah mengawali dengan dibukanya tol laut trayek T-19 yang melakukan pengiriman bahan pokok penting dari utara Papua ke selatan Papua.
Menurut Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Perhubungan Laut Kemenhub Capt. Antoni Arif Priyadi, penambahan rute baru tol laut dengan kode T-19 di Papua yang dilayani oleh penugasan kapal milik PT Pelni yaitu Kapal Logistik Nusantara 2.
Rute T19 melayari Merauke, Kokas, Sorong, Korido dan Depapre. “Disamping dalam rangka implementasi Inpres no 9 tahun 2020 tentang percepatan pembangunan wilayah Papua dan Papua Barat juga menghubungkan antara pulau Papua Bagian Selatan dan utara yang belum pernah ada,” kata Capt. Antoni kepada Ocean Week, Selasa.
Selain itu untuk rute baru 2021, yakni T.20 Tanjung Perak – Tarakan adalah Rute yang mendukung jembatan udara dan wilayah food estate di Kalimantan Utara.
Sementara T 21, Tanjung Perak – Namlea adalah dalam rangka efektifitas dan efisiensi peralihan dari operasional kapal ke penitipan muatan mengingat muatan sudah banyak dan sudah ada pelayaran komersil yang bersedia melayani wilayah tersebut.
Lalu tol laut H 3 Tanjung Priok – Teluk Bayur adalah rute dalam rangka efisiensi dan efektifitas karena sebelumnya banyak kendala dikarenakan ukuran kapal yang relatif kecil sehingga untuk muatan dari dan ke Jakarta ke dan dari wilayah 3 TP di barat Sumatera akan transhipment di Teluk Bayur.
Antoni juga menyatakan bahwa keberhasilan tol laut yang dijadikan sebagai tolok ukur utama untuk kementerian perhubungan adalah konektivitas dari 2016 jumlah 6 trayek pada awalnya dan 2020 menjadi 26 trayek serta 2021 menjadi 30 trayek.
“Di samping itu pelabuhan singgah karena makin banyak pelabuhan baru yang di singgahi makin baik sebagai implementasi ship promote the trade dan mendorong pertumbuhan ekonomi di pelabuhan pelabuhan baru. Tahun 2020 terdapat 100 pelabuhan singgah maka 2021 menjadi 103 pelabuhan singgah,” ujarnya.
Sedangkan jumlah kapal dari 2016 hanya 6 yang beroperasi menjadi berjumlah 30 kapal yang beroperasi di tahun 2021. Untuk muatan tolak ukur yang di kerjakan bersama kementerian lembaga adalah jumlah muatan dari 2016 awalnya hanya 81.404 ton tahun 2020 menjadi 362.560 ton.
Ada beberapa wilayah yang disinggahi kapal tol laut dan muatannya sudah cukup baik antata lain rute T 10 , T15 , T 17, dan T4.
Capt. Antoni juga menyatakan bahwa selama ini wilayah Indonesia timur mengalami disparitas harga yang cukup tinggi. Hal itu disebabkan oleh tingginya biaya distribusi logistik dari daerah produsen ke daerah tersebut.
Antoni berharap kehadiran trayek baru pada 2021 ini menjadi sarana untuk memasarkan produksi lokal berupa hasil pertanian atau perkebunan serta hasil perikanan untuk diangkut melalui kapal ini ke tujuan pasar yang lebih menguntungkan.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, daerah yang dilewati tol laut telah menikmati penurunan harga barang antara 20-30 persen.
Direktur Lala Hubla juga menceritakan kembali, bahwa awalnya rute tol laut hanya dua trayek pada tahun 2015. Seiring berjalannya waktu, trayek terus bertambah yakni enam trayek baru pada 2016, dan bertambah lagi menjadi 13 trayek pada 2017.
Kemudian, pada 2018 jumlahnya bertambah lagi menjadi 18 trayek, pada 2019 menjadi 20 trayek dan 2020 naik menjadi 26 trayek, serta tahun 2021 jadi 30 trayek. (**)