Ketua bidang kontainer DPW APBMI Jakarta Ogi Haris menyatakan bahwa selama masa pandemi covid 19 ini, throughput petikemas domestik di pelabuhan Tanjung Priok turun signifikan antara 20-30%.
“Saya rasa kondisinya sama juga untuk komoditi lainnya,” katanya kepada Ocean Week, di Tanjung Priok, Selasa (14/7).
Menurut Ogi, selama perdagangan lesu, berakibat pada kurangnya arus barang yang mengakibatkan kompetisi yang kurang sehat di kalangan pelayaran, yang notabene adalah pelanggan dari PBM, dan akibatnya secara langsung berdampak kepada PBM.
Pengelola terminal Adipurusa ini juga setuju, bahwa keberadaan PBM yang aktif bekerja di pelabuhan Tanjung Priok akan semakin sedikit.
“Kondisi seperti ini sepertinya akan menjadi salah satu cara seleksi alam terhadap keberadaan PBM,” ungkapnya.
Dia juga mengatakan, bagaimana mensiasati supaya PBM tetap survive. “Strategi yang dilakukan PBM untuk menjadi tetap survive tidak ada kata lain selain melakukan efisiensi dan efektivitas kerja. Pemangkasan biaya operasi langsung itu yang bisa kita lakukan, misal biaya TKBM, biaya energi, biaya karyawan, biaya perawatan alat,” kata Ogi.
Ogi mengungkapkan, kenaikan tarif dan penambahan troughput untuk kondisi saat ini adalah suatu hal yang mustahil kita jalankan.
Sebelumnya, beberapa pebisnis PBM mengeluhkan sepinya pekerjaan bongkar muat di pelabuhan selama pandemi covid 19. (**)