Kawasan Industri Kendal (KIK) berhasil menarik 50 investor dengan target penanaman modal mencapai Rp 6,5 triliun, serta mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 5.000 orang hingga akhir tahun 2019.
Prestasi yang dicapai KIK tersebut mendapat apresiasi dari Kementerian Perindustrian, khususnya Menteri Airlangga Hartarto.
Menperin Airlangga berharap, KIK sebagai salah satu klaster yang terintegrasi dapat menjadi contoh terhadap pengembangan kawasan industri lainnya di Indonesia.
“Di sini sudah banyak sektor light industry. Selain itu, kami akan dorong juga untuk tumbuhnya industri komponen, faishion, sepatu dan garmen,” kata Airlangga di Jakarta, baru-baru ini.
Menurut Menperin, Pengembangan KIK terus diakselerasi menjadi kawasan industri padat karya berorientasi ekspor. Pembangunan KIK direncanakan sampai tiga tahap dengan total lahan seluas 2.700 hektare.
“Kami akan terus mendorong peningkatan kapasitas industri. Jadi, selain produksinya untuk pasar domestik, juga mampu memenuhi ekspor,” ujarnya.
Di samping itu, Kemenperin siap memasok kebutuhan sumber daya manusia (SDM) industri yang kompeten. Salah satu langkah strategisnya adalah mendirikan Politeknik Industri Furniture dan Pengolahan Kayu di KIK.
Airlangga juga mengapresiasi kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Kendal yang telah mendukung pembangunan KIK sebagai proyek strategis nasional.
Untuk diketahui, KIK diremsikan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada November 2016. Menurut Jokowi waktu itu, KIK menjadi ikon baru kerja sama bilateral antara Indonesia dengan Singapura. KIK dibangun oeh PT Jababeka Tbk dengan Sembcorp Development Indonesia Pte. Ltd., anak perusahaan Sembawang Development Ltd. asal Singapura.
KIK sebagai kawasan industri terintegrasi pertama di Jawa Tengah ini memilki potensi penyerapan investasi hingga Rp200 triliun dan tenaga kerja sebanyak 500 ribu orang. Presiden direktur dan CEO KIK Stanley Ang merinci pada tahun 2018 sudah ada 48 perusahaan yang menyatakan minatnya untuk investasi di KIK, ditambah dua perusahaan yang sudah deal pada Januari 2019.
Di antara 50 perusahaan tersebut, tujuh sudah beroperasi, tiga perusahaan sedang proses membangun dan 12 perusahaan sedang mengurus administrasi seperti perizinan dan persiapan desain bangunan. “Jadi yang sudah 85 persen dari Indonesia, 7 persen singapura, serta Korea Selatan, Jepang dan Malaysia masing-masing 2 persen,” katanya.
Perusahaan-perusahaan itu antara lain PT. Tat Wai Industries, PT. APP Timber, PT. Praya, PT. Ganda Sugih Arthaboga, Steel Fabricator Company, PT. Kendal Eco Furindo, dan PT Roda Maju Bahagia. Target investor sektor lainnya, yakni industri elektronika, otomotif, dan kimia dasar.
Sewaktu akhir Desember, Ocean Week menyempatkan melihat ke KIK, sejumlah industri sudah beroperasi. Tidak jauh dari kawasan itu, terdapat pelabuhan penyeberangan Kendal-Kumai (Kalteng). Selain itu, ada pula dermaga untuk kapal pesiar, rute Kendal-Karimunjawa Jepara.
Rencananya, di areal tersebut juga akan dibangun pelabuhan niaga. Sayang sampai sekarang belum terealisasi. Tahun 2018 lalu, sudah pernah ada MoU antara Pemkab Kendal dengan PT Pelindo III, untuk pengembangan pelabuhan di Kendal. Tetapi, juga terhenti. (ant/**)