Terminal Petikemas yang dikelola PT Pelindo III didorong untuk dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi bongkar muat kontainer berkisar 45 sampai 50 box ship per hour (BSH). Kebijakan untuk terminal petikemas ini ditargetkan sudah dapat seragam pada tahun 2017. Misalnya bongkar muat 1000 box, bagaimana caranya dapat selesai 30 jam atau lebih cepat lagi.
Direktur Operasi PT Pelindo III M. Iqbal menyatakan, pengelola TPS Surabaya, Teluk Lamong, BJTI, TPK Semarang, TPK Banjarmasin, dan Tanjung Perak diminta meningkatkan produktivitas bongkar muat mencapai 50 BSH, sehingga efisien. “Caranya antara lain dengan menambah peralatan bongkar muat (crane), membangun infrastruktur seperti memperpanjang dermaga, menambah lapangan penumpukan petikemas (CY), dan mendidik SDM operasionalnya, serta membangun sistemnya,” katanya kepada Ocean Week, di Surabaya, Kamis (27/4).
Iqbal ingin supaya standarisasi pelayanan bongkar muat di semua terminal petikemas yang dioperasikan PT Pelindo III sama, begitu pula dengan standar tarifnya. “Program ini sebagai jawaban terhadap keinginan Presiden Joko Widodo yang selalu menginginkan bagaimana biaya logistik murah, sehingga Indonesia mampu berdaya saing,” ucap Iqbal.
Makanya, semua terminal petikemas didorong untuk meningkatkan produktivitas, karena dengan produksi tinggi, otomatis biaya akan turun. Menurut Iqbal, untuk kegiatan internasional, BSH-nya ditarget 50, sedangkan kegiatan domestik 45 BSH.
Namu, Iqbal mengakui untuk menyamakan layanan kinerja bongkar muat di terminal, pasti ada kendala yang bakal dihadapi. Sebab fasilitas diantara terminal petikemas tidak sama, ada yang masih menggunakan HMC, ada juga yang sudah menggunaka crane twin lift. “Pola kerja pun tidak sama. Tapi semua itu akan kami dorong untuk bisa standar, sehingga pengguna jasa yang membongkar muat kontainernya di termial petikemas yang dioperasikan Pelindo III mempunyai standar yang sama,” ungkapnya.
Pengamatan Ocean Week di sejumlah terminal petikemas Pelindo III, dua terminal yakni Teluk Lamong dan TPS Surabaya sudah menggunakan crane twn lift.
Sewaktu Ocean Week ditemani Rumaji (Direktur Operasi Teluk Lamong) dan Wara Djatmika, Manajer Pemasaran Terminal Teluk Lamong melihat kegiatan bongkar muat dari kapal Cape Melville di Teluk Lamong pada Rabu (26/4) lalu, terlihat crane ‘raksasa’ twin lift sedang mengangkat petikemas sekaligus dua kontainer ke kapal itu.
“Kapal Cape Melville membongkar 234 box dan memuat 486. Kapal ini sandar hari Rabu (26/4) dan Kamis (27/4) sudah selesai dan keluar,” ujar Rumaji dibenarkan Max Bert Pangemanan, Supervisor Operation pelayaran Sinokor.
Produktivitas bongkar muat di Teluk Lamong cukup cepat, karena setiap kapal yang bongkar muat di dermaga internasional menggunakan tiga crane twin lift sekaligus, sehingga BSH-nya mampu 50.
Siang itu, jam baru menunjukkan sekitar pukul 12.00 Wib, namun bongkar muat petikemas kapal Cape Melville sudah rampung. Tak lama kemudian, kapal Temas Line sandar di deretan dermaga tersebut.
Rumaji memang menyatakan, bahwa untuk bongkar muat di dermaga internasional selalu menggunakan tiga crane, hal serupa juga diterapkan pada kapal kontainer domestik. “Kami mengutamakan produktivitas tinggi, sehingga dengan produksi yang tinggi akan efisien dan menguntungkan pihak pelayaran maupun terminal,” ucapnya.
Sebagai terminal baru, Teluk Lamong bukan saja melayani kegiatan kapal petikemas, namun juga curah kering. Dengan panjang dermaga 500 meter dan kedalaman 14 meter untuk internasional dan dermaga domestik dengan panjang 450 meter memiliki kedalaman 12-13 meter, masing-masing dapat disandari dua kapal sekaligus.
Menurut Rumaji, Teluk Lamong mentarget dapat melayani hingga 446 ribu TEUs pada tahun 2017 ini, atau meningkat tajam dibandingkan 2016 yang mencapai 243 ribu TEUs. “Pada triwulan I tahun ini sudah mencatat 103 ribu TEUs,” katanya.
Max Pangemanan sangat mengapresiasi positif terhadap kinerja dan layanan pihak Teuk Lamong. “Kami setiap bulan ada kapal, rata-rata bongkar muat sekiar 900 box. Kapal kami melayani rute Surabaya-Saigon, Shanghai-Pusan-KwangYang (Korea). Dan kami puas dengan service Teluk Lamong,” jelas Max.
TPS Surabaya
Sementara itu, TPS Surabaya yang tahun 2017 diharapkan mampu menangani kontainer hingga 1,5 juta TEUs juga terus memperbaiki layanannya. “Untuk dapat mencapai target itu, kami sudah menambah 3 unit crane twin lift, karenanya kami optimis target itu bisa tercapai,” kata Yon Irawan, Dirut PT TPS Surabaya kepada Ocean Week, di sela Ultah TPS ke-18 di Shangrila Hotel, Surabaya.
Dengan crane twin lift, ungkap Yon, diharapkan produktivitas meningkat, karena umumnya crane di Tanjung Perak hanya dapat menjangkau 13-14 row, tetapi twin lift dapat melayai hingga 16 row. Sehingga dengan jangkauan itu memungkinkan terminal untuk melayani kapal berkapasitas 3.000 TEUs.
Di tempat terpisah Ery Akbar Panggabean, GM TPKS mengungkapkan keinginannya kalau terminal ini suatu saat tembus menangani ‘satu’ juta TEUs. Sekarang saja sudah mencapai sekitar 600 ribu TEUs.
Oleh sebab itu, M Iqbal, Direktur Operasi PT Pelindo III berharap, apa yang menjadi target dan harapan perseroan dapat tercapai sesuai keinginan. (ow)