Singapura masih menjadi pusat pelayaran terkemuka di dunia pada abad ke-21 ini. Sementara saingannya, Hong Kong, merosot ke peringkat ke-12, dikutip dari laporan Splash 247 dari Singapura.
Singapura tetap menjadi pusat maritim terkemuka di dunia menurut berbagai survei global, yang baru diumumkan pada Pekan Maritim Singapura.
Laporan Kota Maritim Terkemuka (LMC) tahun 2024 dari DNV dan Menon Economics menunjukkan Kota Singa tersebut berada di urutan teratas, diikuti oleh Rotterdam dan London.
Negara kota tersebut diperkirakan akan memegang posisi ini selama lima tahun ke depan, menurut laporan tersebut.
Tempat keempat dan kelima secara keseluruhan diraih Shanghai dan Oslo. Shanghai diperkirakan akan semakin penting dalam setengah dekade mendatang dan menjadi kota maritim paling terkemuka kedua.
Sementara Dubai, diperkirakan akan menjadi hub lima besar di tahun-tahun mendatang.
Hong Kong yang menduduki peringkat keempat edisi 2019 yang disusun DNV dan Menon Economics, kini turun ke peringkat 12.
Model pemeringkatan ini terdiri dari indikator obyektif dan subyektif untuk 50 kota maritim teratas dalam lima pilar.
Masing-masing pilar diberi bobot yang sama (20 persen) dalam peringkat 50 kota teratas dunia.
Lima pilar tersebut adalah pelayaran, keuangan dan hukum maritim, pelabuhan dan logistik, daya tarik dan daya saing, serta teknologi maritim, yang terakhir ini patut dicatat karena kota pelabuhan Busan di Korea Selatan dinobatkan sebagai yang teratas.
Shahrin Osman, salah satu penulis laporan ini mengatakan Singapura tidak diragukan lagi merupakan pusat industri maritim terdepan di dunia.
Singapura tampaknya tidak terpengaruh oleh banyak perubahan yang saat ini melanda sektor ini dan diperkirakan akan mempertahankan posisi teratasnya di masa depan. Paling tidak lima tahun melalui penerapan strategi inovasi dan investasi yang konsisten pada transformasi ramah lingkungan dan teknologi digital.
Untuk diketahui bahwa Pelabuhan Singapura menangani sekitar 37,29 juta TEUs (Twenty Foot Equivalent Unit) pada tahun 2022, naik sedikit dibandingkan dengan total 37,6 juta TEU pada tahun 2021.
Sedangkan tahun 2023 berhasil mencatatkan throughput sebesar 35,4 juta TEUs lebih.
Sementara itu pelabuhan Indonesia mencatat arus peti kemas sepanjang 2023 sebanyak 17, 7 juta TEUs atau meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2022 yang sebanyak 17,2 juta TEUs.
Masih jauh untuk bisa mengejar capaian pelabuhan Singapura, apalagi kalau terminal Tuas yang dibangun Singapura beroperasi, Indonesia akan semakin tertinggal. (***)