Semua stakeholders pelabuhan Tanjung Priok sepakat menjadikan pelabuhan tersibuk di Indonesia ini world class port.
Hal itu terungkap saat digelar ngobrol bareng bersama ocean week dengan tema Tanjung Priok Kini, Kedepan dan Solusinya, bertempat di Sunlake Hotel, Jakarta Utara, Rabu (27/10).
Diskusi santai yang dibuka oleh Drajat Sulistyo (Dirut PT PTP) mewakili Dirut Pelindo II Arif Suhartono tersebut menghadirkan nara sumber Capt. Wisnu Handoko (Kepala Kantor Syahbandar Utama Pelabuhan Priok), Capt. Mugen S (Kepala Otoritas Pelabuhan Priok), Max Roxi (wakil dari Bea Cukai), dan Dimas (wakil PT Pelindo II Cabang Priok).
Berbagai problem yang sampai saat ini masih terjadi di pelabuhan ini diungkap secara gamblang oleh para pelaku usaha sebagai masukan kepada operator maupun regulator.
Mulai dari layanan di terminal yang ada di pelabuhan Priok sampai sistem online (inaportnet dan sebagainya) dikritisi mereka. Namun, apa yang menjadi unek-unek tersebut tak lebih dari keinginan para pengguna jasa untuk menjadikan dan mewujudkan Tanjung Priok sebagai pelabuhan terbaik di negeri ini.
Isyu green port pun tak kalah menarik dibahas pula pada kesempatan tersebut.
Capt. Wisnu memulai membuka isyu bagaimana sekarang ini semua pihak tengah fokus mewujudkan Tanjung Priok sebagai pelabuhan yang berwawasan ramah lingkungan. “Ini menjadi isyu menarik untuk saat ini,” ungkapnya.
Begitu pula Dedi, Kepala Lala OP Priok yang juga mengaku jika pihaknya pun sangat konsen untuk itu. Bahkan menurut dia, sekarang sudah ada Sekretariat Bersama (Sekber) untuk mengawasi pelaksanaan kebersihan laut dan lingkungan pelabuhan Priok dari limbah B3 dan sampah kapal.
Tak kalah penting adalah yang diungkapkan Adil Karim (ketua ALFI Jakarta) yang menyorot mengenai kemacetan truk angkut petikemas di dalam pelabuhan pada hari-hari tertentu.
“Perlu buffer area. Juga sistem satu kartu yang bisa digunakan untuk semua terminal,” katanya.
Lain lagi dengan Capt. Subandi (ketua GINSI) yang lebih menyoal untuk persoalan layanan di bea cukai.
Berbagai masukan dari masalah importasi ini sangat bisa diterima oleh pihak bea cukai. Bahkan Max Roxi tak menyangkal ada salah satu peralatan penting pendukung yang umurnya sudah sangat tua tapi masih juga digunakan karena belum diperbaharui.
Dari sisi pelayaran juga banyak disorot oleh capt. Supriyanto (sekretaris DPC INSA Jaya). Dia juga mengkritisi apa-apa yang dirasakan oleh pelayaran dalam hal layanan. Mulai dari kapal tiba hingga keberangkatan.
Namun, semua itu adalah bukti kecintaan para stakeholders untuk kemajuan pelabuhan Priok dimasa depan.
Pastinya, semua sepakat tak ada lagi pungli, korupsi, dan menjadikan Tanjung Priok bersih, aman dan nyaman. (**)