PT Pelayaran Tamarin Samudra Tbk (TAMU) berhasil mencetak kenaikan harga saham hingga 17 kali lipat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perusahaan pelayaran yang baru dua bulan masuk bursa saham (mei 2017) awalnya menawarkan initial public offering (IPO) seharga Rp 110 per saham. Namun, hingga Rabu (26/7), saham TAMU berhasil meroket 1.609 % ke level Rp 1.870 per saham. Bahkan, pada Selasa (25/7), TAMU mencetak rekor tertinggi di angka Rp 1.885 per saham.
Menurut Leo A. Tangkilisan, Direktur TAMU, kenaikan harga saham TAMU memacu niat manajemen perseroan untuk mencari pendanaan baru di pasar modal, pda tahun depan.
Untuk itu, TAMU sedang memperbaiki kinerja keuangannya. Tahun ini, TAMU menargetkan pendapatan di akhir 2017 bisa mencapai US$ 14,89 juta. Angka ini naik 17% dari realisasi pendapatan TAMU tahun lalu senilai US$ 12,76 juta.
Pada kuartal I-2017, TAMU sudah mencetak pendapatan sebesar US$ 3,7 juta. Selain itu, TAMU berhasil menekan rugi sebelum pajak penghasilan menjadi sebesar US$ 440.724. Pada periode yang sama tahun lalu, rugi sebelum pajak TAMU mencapai US$ 7,34 juta.
Tapi, kata Leo, perusahaan mesti waspada lantaran harga minyak dunia masih bergejolak dan cenderung turun. Apalagi, kinerja TAMU sangat bergantung pada harga minyak.
Leo juga menyatakan, target kinerja tahun ini bisa tercapai jika harga minyak bergerak stabil di kisaran US$ 45-US$ 50 per barel. “Charter rate kami disesuaikan dengan harga minyak. Jika harga minyak memburuk, harga sewa kapal kami pun ikut menyesuaikan dengan harga minyak saat itu,” ujarnya.
Untuk merealisasikan target tersebut, TAMU sedang mengincar tender penyewaan kapal baru dari beberapa perusahaan minyak dan gas. Perusahaan yang bergerak di bisnis penyewaan kapal offshore support vessel (OSV) ini kini tengah menawarkan jasanya ke perusahaan migas nasional dan internasional.
TAMU berencana menyewakan dua dari lima armada kapal miliknya yang saat ini sedang menganggur. (ktn/**)