Pelabuhan Tanjung Priok dipastikan akan bertambah ramai pada saat angkutan Ro-Ro Jakarta-Surabaya sudah digulirkan sebelum Lebaran tahun 2017 nanti. Apalagi jika per hari sekitar 4 kapal yang disiapkan di rute itu, belum lagi kapal-kapal Ro-Ro untuk layanan Jakarta-Lampung, dan Jakarta-Bangka Belitung.
Kalau setiap kapal mengangkut barang yang dengan truknya naik di kapal sekitar 250, artinya yang ke Jakarta-Surabaya saja ada 1000 unit truk, belum lagi ratusan yang ke Lampung. Pertanyaannya, apakah dermaga dan parkir areanya sudah disiapkan.
Selama ini, dermaga di Priok yang melayani kapal-kapal tipe itu ada di dermaga Presiden, Car Terminal, dan dermaga Penumpang. Makanya, antisipasi untuk kepadatan pada pelayaran Ro-Ro ini perlu dilakukan sejak awal.
Menhub Budi Karya Sumadi sendiri sudah bertekad untuk melaksanakan trayek Ro-Ro Jakarta-Surabaya sebelum Lebaran mendatang. Karenanya, Priok akan semakin padat.
Namun, kata Kepala Otoritas Pelabuhan (OP) Tanjung Priok I Nyoman Gede Seputera, schedule kedatangan kapal dari operator Ro-Ro itu sangat penting. Dan menurut Nyoman, pihaknya sudah berkoordinasi dengan para operator Ro-Ro agar menjadwalkan kedatangan kapalnya secara terencana, sehingga antisipasi dapat dilakukan seandainya terjadi kepadatan.
Karena itu, Pelindo mesti menyiapkan buffer area atau tempat parkir truk-truk sebelum pengapalan, sehingga truk-truk tadi tidak tersebar disembarang tempat yang dapat membuat kemacetan di pelabuhan.
Antisipasi untuk hal itu sangat penting, karena semua tahu disaat jelang Lebaran, pelabuhan Tanjung Priok bukan saja padat dengan layanan barang, namun juga orang. Apakah program baru Ro-Ro Jakarta-Surabaya dengan menggunakan dermaga di pelabuhan Priok sudah benar-benar dipikirkan oleh Kemenhub.
Sebab, jangan sampai gagasan bagus yang digulirkan Kemenhub tersebut justru memunculkan dan menambah problem baru di pelabuha Priok.
Tetapi, program inipun mendapat apresiasi positif dari Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto, Ketua Umum ALFI Yuki Nugrahawan Hanafi, dan Ketua Umum Aptrindo Gemilang Tarigan. Ketiga tokoh itu kompak menyatakan angkutan Ro-Ro Jakarta-Surabaya dapat mengurangi beban jalan raya. Paling tidak kerusakan jalan raya akibat beban truk barang akan sangat berkurang.
Bagi pengusaha, apakah menggunakan angkutan darat, laut, kereta api atau udara, tidaklah menjadi persoalan. Yang paling penting adalah ongkosnya. Pertanyaan lagi, apakah dengan layanan Ro-Ro itu bisa lebih murah dibandingkan dengan jalan darat.
Jika lewat angkutan laut lebih murah, sudah pasti akan diserbu. Sebaliknya kalau lebih mahal, pemilik barang pasti tak akan menengok ke layanan Ro-Ro itu.
Dulu, sebenarnya RO-RO Jakarta-Surabaya pernah dilakoni oleh PT Arpeni, namun hanya berlangsung beberapa bulan, dan kemudian terhenti. Makanya agar program ini tak bernasib seperti dulu, Kemenhub perlu memberikan perilaku khusus terhadap trayek ini. Apakah itu berupa bantuan atau apa namanya. Sebab, tanpa ada perlakuan khusus, swasta yang masuk di layanan ini pasti tidak tahan lama. (***)