Jika ingin menguasai laut di bidang perikanan, Indonesia butuh tambahan kapal besar 5.000 unit. Saat ini, kelebihan 400 ribu kapal kecil, kapal yang berada di 12 mil.
“Ini yang mungkin dengan kebijakan KKP bisa didorong. Supaya mengibarkan nelayan kita di laut itu, kapal kita harus besar-besar. Sebagai negara kepulauan, perekonomian Indonesia bisa tumbuh lebih tinggi apabila sektor maritim dapat dimaksimalkan. Sektor ini diyakini bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan di tengah rendahnya harga komoditas,” kata Ridwan Jamaluddin, Deputi Bidang Infrastruktur Kemaritiman, Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman, dalam sambutan di acara Rakernas Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (7/11/2016).
Ridwan Jamaluddin, kembali mengatakan untuk menjadi negara dengan poros maritim menjadi kekuatannya, Indonesia butuh lebih banyak kapal-kapal besar untuk beroperasi di lautan.
“Kapal kita banyak kurangnya, dalam jumlah kapal. Definisi kapal juga macam-macam sehingga sebetulnya kapal kita yang banyak itu semacam tongkang. Bukan kapal yang luas seperti kita harapkan,” ujarnya.
Menurut Ridwan, kurangnya jumlah kapal besar di Indonesia juga tidak terlepas dari banyaknya pelabuhan di Indonesia yang masih dangkal. Rata-rata kedalaman pelabuhan di Indonesia hanya sekitar sembilan meter. Sedangkan pelabuhan di beberapa negara seperti di Malaysia dan Singapura sudah mencapai 15,5 meter.
“Pelabuhan kita tidak efisien. Itu salah satu hal yang menjadi prioritas kita. Karena pelabuhan dangkal-dangkal, pelabuhan kita tidak bisa menampung kapal yang besar-besar,” ungkapnya. (**)