Puluhan kapal mengantre tak bisa merapat ke dermaga di pelabuhan Baai Bengkulu. Bahkan kapal pengangkut bahan bakar minyak (BBM) gagal merapat di dermaga karena pendangkalan alur.
Informasi yang Ocean Week peroleh, sekitar 13 kapal berada di luar alur menunggu tak bisa sandar.
Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan langsung melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Pelabuhan Pulau Baai pada Sabtu (29/3/2025) lalu, begitu mengetahui pengumuman Pertamina mengenai status darurat level I di pelabuhan tersebut akibat kapal pengangkut bahan bakar minyak (BBM) gagal merapat di dermaga.
Sejak Sabtu (28/3/2025), keadaan darurat level satu telah diberlakukan. Menanggapi situasi ini, Helmi meminta masyarakat tidak panik, mengingat pemerintah sedang mengupayakan langkah-langkah penanganan yang diperlukan.
“Tadi kami rapat dengan Pelindo dan Pertamina telah menandatangani keadaan darurat, maka hari ini kami akan mengambil tindakan agar tidak terjadi kelangkaan BBM,” ujar Helmi dalam keterangan tertulisnya.
Sebelumnya, gubernur Bengkulu juga sudah minta agar pengerukan alur pelayaran dan kolam pelabuhan Baai dipercepat. Paling tidak per April sudah dilakukan pengerukan dengan anggaran sebesar Rp 1 triliun.
Perlu diketahui bahwa pada tahun 2018, sewaktu dirjen Hubla dijabat Agus Purnomo sudah pernah membuat surat, dan di tegaskan lagi oleh pak Bay Hasani waktu itu agar Pelindo bisa mengerjakan pengerukan alur dalam wilayah kerjanya.
Namun sebagian besar belum dilakukannya.
Untuk pengerukan ini, gubernur Bengkulu pun sudah berkirim surat mulai dari ke Pelindo, Kemenhub, dan Presiden.
Tak sedikit pelaku usaha pelayaran mempertanyakan, kapan Pulau Baai dilakukan pengerukan. (***)