Alur masuk pelabuhan Pulau Baai Bengkulu mengalami pendangkalan karena kondisi alam.
Pemerintah Provinsi Bengkulu terus mengupayakan bagaimana solusi nya, begitu pula Pelindo berpikir untuk mengatasi pendangkalan tersebut.
Karena pendangkalan alur pelayaran itu yang sudah cukup lama, tak sedikit pengusaha pelayaran mengeluhkan kondisi tersebut.
H. Sunarto, owner PT Gurita Lintas Samudera, sekaligus penasihat DPP INSA menyampaikan bahwa banyak pelayaran mengeluh mengenai alur pelabuhan Bengkulu yang dulu kapal bisa muat lebih dari 5.000 ton sekarang kapal-kapal tanker hanya bisa muat 2.000 ton.
“Bagaimana pemerintah sudah membuat pelabuhan yang biayanya mahal sekarang tinggal memelihara alur saja pakai berdebat, tidak bisa memberikan keputusan untuk melaksanakan pengerukan/harusnya tidak perlu membuat pelabuhan baru tetapi pelihara alur pelabuhan yang sudah ada agar bisa dikembangkan secara maksimal kedatangan kapal dengan draft dalam seperti Bengkulu punya komoditi batubara dan CPO. Ini mestinya yang harus di kembangkan/pemerintah punya uang dari PNBP perhubungan saja besar itu semua yang bayar perusahaan pelayaran dan APBN juga besar tapi prioritas mana yang harus di kerjakan,” ujarnya.
Menurut Sunarto, pelayaran terus membayar PNBP dan setiap tahun bertambah itemnya, dan tarifnya naik terus.
INSA minta supaya pengerukan alur pelabuhan Bengkulu segera dapat dilakukan. “Jangan sampai ada kapal kandas baru dipikirkan,” tegasnya.
Salah seorang eksportir yang tak mau disebut namanya mengatakan kondisi alur masuk Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu saat ini mengalami pendangkalan. Aktivitas keluar masuk barang khususnya untuk kebutuhan pengiriman komoditas ekspor melalui jalur laut terganggu.
Sumber tersebut mengungkapkan alur masuk pelabuhan Pulau Baai Bengkulu sangat tidak representatif untuk digunakan jasanya.
Posisi alur tersebut diperkirakan hanya beberapa meter saja atau dalam perkiraan di bawah 6 meter (LWS).
“Kami kesulitan jika mendatangkan kapal berkapasitas angkut di atas 10.000 ton,” ujarnya.
Menurut dia, jika dipaksakan untuk mendatangkan kapal kargo berukuran 10.000 ton, mereka terpaksa menggunakan jasa lain, sebab proses muat barang (loading) melalui conveyor pelabuhan hanya bisa memuat maksimal 3-5 ribu ton saja.
“Sisanya harus menggunakan jasa tongkang untuk dimuat menggunakan pola transhipment di laut lepas. Biaya loading nya menjadi bengkak.
Selain kondisi alur yang dangkal, para sopir kendaraan angkutan barang juga mengeluhkan kondisi jalan rusak menuju stok file penumpukan.
Kondisi rusak parah di beberapa titik dengan lubang menganga yang besar dan dalam sering membuat kendaraan rusak dan mengakibatkan kemacetan panjang.
“Jika ada yang rusak, kami sangat tersiksa dengan macet dan antrian,” ungkap Agus, sopir angkutan Batu Bara dan Cangkang Kelapa Sawit dari pabrik dan tambang ke pelabuhan Pulau Baai Bengkulu.
Pelindo Bengkulu
Terkait adanya keluhan para pengguna jasa pelabuhan Pulau Baai mengenai pendangkalan alur pintu masuk pelabuhan, PT Pelindo II Cabang Bengkulu sebagai operator pengelola mengakui bahwa saat ini memang terjadi pendangkalan karena kondisi alam.
General Manager Pelindo Regional II Bengkulu S Joko mengatakan, terjadinya pendangkalan atau sedimentasi tinggi itu disebabkan kondisi cuaca yang sangat buruk beberapa waktu terakhir ini. Sehingga mengganggu operasional pelabuhan khususnya arus keluar masuk kapal menuju dermaga.
“Sedimentasi tinggi ini mengakibatkan pendangkalan yang sangat cepat,” ujar Joko dikutip dari Antara, beberapa waktu lalu.
Para stakeholder memberikan dukungan kepada Pelindo untuk secepat mungkin bisa mengatasi kondisi tersebut. Perawatan berkala berupa pengerukan alur memang dilakukan setiap tahun sesuai kebutuhan operasional pelayaran.
“Kami terus berkoordinasi dengan pimpinan di Jakarta, semoga segera ada solusinya,” ujar S Joko.
Pelindo mengelola pengiriman barang melalui sistem curah cair berupa produk minyak kelapa sawit (Crude Pal Oil/CPO), Curah kering berupa produk pertambangan jenis Batu Bara, produk perkebunan berupa cangkang kelapa sawit serta pengiriman barang dengan menggunakan kontainer.
Pemerintah Provinsi Bengkulu mengupayakan solusi pengerukan alur Pelabuhan Pulau Baai Kota Bengkulu yang saat ini terjadi penangkalan alur.