PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP) Pangkal Balam optimis mampu menghandle bongkar muat sebesar 1,7 juta ton pada tahun 2024, atau lebih besar diatas RKAP yang dicanangkan sebesar 1,64 juta ton.
Dalam triwulan pertama tahun ini, sudah sekitar 351.224 ton bongkar muat barang berhasil ditangani PTP Pangkal Balam.
“Saya optimis bisa mencapai diatas yang dicanangkan pada RKAP 2024 yang sebesar 1,64 juta ton. Apalagi tahun ini Insyaallah akan ada tambahan 4 kapal untuk angkutan sawit,” ujar Alamsyah, Branch Manager PTP Pangkal Balam, kepada wartawan, di ruang kerjanya, Kamis (2/5/2024).
Kedepan, ungkap Alamsyah, komoditi sawit dan komoditi lainnya di provinsi Bangka Belitung bakal tumbuh. “Pada tahun ini sudah mulai panen, dari tahun 2012 ada potensi pertumbuhan 12% setiap tahun,” ungkapnya.
Karena itu, jelasnya, untuk mengantisipasi pertumbuhan tersebut, PTP sudah menyiapkan sejumlah infrastruktur, antara lain drop tank dengan kapasitas 350-400 ton.
“Drop tank ini untuk menampung dan kemudian mempercepat pemuatan CPO ke kapal, sehingga mengurangi port stay. Karena truk yang tadinya satu per satu langsung ke kapal, tapi CPO dari truk di tuang dulu ke drop tank, baru kemudian disalurkan ke kapal melalui dermaga multipurpose Ketapang,” jelas Alamsyah.
Kedepan, kata Alamsyah didampingi Finan, Corporate Secretary PT PTP, perseroan akan siapkan pula pipanisasi untuk kegiatan CPO tersebut. “Setelah drop tank berhasil, nantinya akan kami siapkan pula sistem pipanisasi,” katanya lagi.
Seperti diketahui bahwa Pangkal Balam merupakan sebuah kecamatan yang berada di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia.
Sebagai pelabuhan terbaik di provinsi ini, Pangkal Balam menjadi gerbang utama untuk mengantarkan berbagai komoditas unggulan ke pasar domestik serta pasar global.
Dengan kekayaan alam yang melimpah, Provinsi Bangka Belitung dipredikatkan sebagai wilayah penghasil timah terbesar di Indonesia.
Bahkan potensi timah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil timah terbesar di dunia.
Alamsyah juga menyampaikan bahwa komoditas utama yang menjadi mata pencaharian penduduk dan menjanjikan peluang bisnis sebagian besar adalah bidang Pertanian/Perkebunan dengan aktivitas utama yaitu berkebun Lada, Sawit, Karet, dan pengrajin gula Aren.
Di wilayah Pangkal Pinang ini terdapat pelabuhan terbesar yakni Pangkal Balam.
Pelabuhan Pangkal Balam menjadi salah satu pelabuhan yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia (Persero).
Pelabuhan ini telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas, antara lain dermaga sepanjang 787 m, fasilitas angkutan barang, terminal penumpang, gudang, dan area parkir.
Selain untuk kegiatan domestik, Pelabuhan Pangkal Balam juga melayani pengangkutan barang impor dan juga ekspor, dan angkutan penumpang ke Jakarta dengan kapal ferry atau kapal roll on-roll off (RoRo) dan ke Tanjung Pandan di kabupaten Belitung dengan kapal jetfoil atau speedboat.
Kata Alamsyah, komoditas utama adalah timah, kaolin, pasir kuarsa, granit, karet, kelapa sawit dan lada.
Potensi komoditas yang berasal dari propinsi Bangka Belitung salah satunya adalah Kelapa Sawit, provinsi ini merupakan kawasan perkebunan kelapa sawit yang telah dikembangkan sejak tahun 1995, dengan luasan perkebunan 238.591 hektar di tahun 2021, dimana 74.436 hektar (31,6%) merupakan perkebunan rakyat dan 163.155 hektar (68,4%) merupakan perkebunan milik swasta yang menghasilkan produksi CPO di provinsi Bangka Belitung sebanyak 800 ribu ton di tahun 2021.
Jumlah produksi tersebut menyumbangkan 1,7% dari total produksi nasional yang mencapai 48 juta ton di tahun yang sama.
Produksi kelapa sawit di provinsi Bangka Belitung tidak terlepas dari keberadaan 25 pabrik kelapa sawit yang merupakan PMD dan PMA yang tersebar di Kabupaten Bangka , Bangka Barat, Bangka Selatan dan Belitung Timur dengan kapasitas 1.265 ton per jam.
PTP Non Petikemas yang beroperasi di Pelabuhan Pangkal Balam terus berupaya bertransformasi untuk menangkap peluang bisnis di komoditas Kelapa Sawit dengan meningkatkan pelayanan bongkar muat untuk komoditas curah cair.
Alamsyah menambahkan, salah satu strategi baru PTP Non Petikemas adalah berencana untuk mengoptimalkan pola operasi handling curah cair dengan memanfaatkan dedicated dermaga khusus curah cair di dermaga Ketapang yang memiliki panjang 42,7 m dengan draft -3,5 m, dan lahan sebesar 3800wn M2.
“Pola operasi awal akan menggunakan sistem direct pumping (truck losing), di mana kargo curah cair langsung dipompa ke kapal melalui pipa/flexible hose, sehingga dapat meningkatkan efisiensi operasi dan meminimalisir tumpahan,” ujarnya lagi.
Sekali lagi, ungkap Alamsyah, rencana PTP ke depan adalah dengan menyediakan pola operasi pipanisasi dan memfasilitasi keberadaan tangki timbun di wilayah tersebut, sehingga diharapkan kapasitas penanganan curah cair di pelabuhan Pangkal Balam dapat meningkat diangka 600 hingga 700 ribuan ton per tahun dari kegiatan bongkar muat dan bulking curah cair.
Optimalisasi ini akan menghasilkan beberapa manfaat, bagi PTP Non Petikemas sebagai bagian dari Pelindo Group, dengan mengoptimalkan aset negara untuk mendukung kelancaran operasi dan akan meningkatkan throughput di wilayah Pangkal Balam dengan proyeksi naik sebesar 5% per tahun untuk tahun 1 s.d 3 dan 10 % untuk tahun 4 s.d 10.
“Jika itu terwujud, PTP Non Petikemas akan berkontribusi pada peningkatan pendapatan daerah melalui peningkatan ship call dan kegiatan pabrik, dan manfaat bagi pelanggan dapat meningkatkan efisiensi Produksi Pabrik karena Pelanggan akan mendapatkan manfaat dari waktu port stay yang lebih optimal, sehingga meningkatkan produksi pabrik,” jelasnya.
Satu hal lagi, PTP Terminal Non Petikemas berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik dengan mengutamakan keselamatan dan ketepatan waktu dalam setiap proses kegiatannya. (***)