PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP) Area Teluk Bayur berobsesi menjadikan pelabuhan Teluk Bayur di Kota Padang Sumatera Barat ini menjadi yang terbesar menangani komoditi curah.
Saat ini, PTP sudah berhasil menangani CPO hingga 3,2 juta ton. Meski masih dibawah pelabuhan Dumai yang tahun 2023 sudah melayani mencapai 4,282 juta ton.
Meski begitu, patutlah diapresiasi, karena dari catatan Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai (KPPBC) Teluk Bayur, telah terjadi kenaikan penerimaan negara lebih dari 3,5 kali lipat pada bulan Oktober 2024, dari ekspor turunan produk sawit seperti CPO, yang diekspor melalui Pelabuhan Teluk Bayur, yakni sebanyak Rp107 miliar, sementara di bulan September hanya sekitar Rp29 miliar.
“Itulah yang mendorong kami (PTP) untuk terus berusaha menjadikan Teluk Bayur sebagai yang terbesar untuk pelabuhan Curah di pulau Sumatera. Apalagi potensinya ada dan memungkinkan untuk itu,” kata Fauzi, Branch manager PTP Area Teluk Bayur kepada Ocean Week, di Padang, Jumat siang.
Fauzi terus optimistis jika layanan CPO akan semakin meningkat di tahun mendatang. “Walaupun sekarang masih nomor dua, dibawah pelabuhan Dumai, namun semangat kami ingin menjadi nomor satu di pulau Sumatera untuk menangani komoditi curah tersebut,” ungkapnya optimis.
Untuk diketahui bahwa dinas perdagangan daerah Riau mencatat, realisasi ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) melalui Pelabuhan Dumai sepanjang tahun 2023 saja sebanyak 4,282 juta ton dengan nilai transaksi perdagangan sebesar 3,723 miliar dolar AS atau turun 32,01 persen (YoY) dibandingkan tahun 2022 sebesar 5,476 miliar dolar AS dengan volume ekspor 5 juta ton. Komoditi itu diekspor ke negara tujuan terbesar tahun lalu yaitu ke China, Jepang dan Malaysia.
Pria asal Padang yang sudah empat tahun mengemban amanah di kampung halamannya itu mengungkapkan, selain CPO, ada juga komoditi potensial yang ditanganinya yakni semen, cangkang, bungkil yang diekspor ke Korea maupun Jepang.
Untuk melayani semua komoditi tersebut, PTP menyiapkannya di dermaga 7 dan dermaga Gaung. “Untuk layanan di kedua dermaga itu, kami menerapkan disiplin tinggi, tak sembarang orang bisa masuk, hanya petugas dan yang berkepentingan yang bisa berada disitu. Kami menerapkan ISPS Code sehingga benar-benar clear dan clean, sehingga pengguna jasa merasa nyaman, aman dan tenang,” ungkap Fauzi bangga.
Mengingat PTP pun mendukung green port Teluk Bayur, maka dalam setiap aktivitas kapal sudah selalu dipasang oil boom untuk meminimalisir pencemaran. “Kami juga berkontribusi dalam green port, kami sudah menggunakan alat-alat elektrifikasi. Manfaat nya bisa menekan biaya operasional, sekarang konsumsi BBM bisa berkurang 25%, lagi pula tingkat kebisingan juga bisa kita tekan, dan ini bisa ikut menciptakan green port,” jelasnya.
Apalagi, ungkap Fauzi, untuk penanganan kegiatan di dermaga Gaung sangatlah seteril.
Fauzi juga menyampaikan kalau sistem layanan sudah menerapkan PTOS Multipurpose. “Jadi, setiap truk yang masuk sudah teridentifikasi di gate PTP, begitu pula saat keluar sudah pula teridentifikasi,” tegasnya.
Pelabuhan Ramah Lingkungan
Fauzi menambahkan bahwa seperti yang diungkapkan nya bahwa PTP Cabang Teluk Bayur terus berinovasi untuk menjadi pelabuhan hijau (green port) dan meningkatkan kualitas layanan, produktivitas, dan kinerja.
PTP Non petikemas terus menciptakan lingkungan operasi yang aman serta berkelanjutan dengan menerapkan standar ISO 14001 dan ESG (Environment, Social & Governance).
Beberapa langkah konkret dilakukan seperti pengembangan infrastruktur ramah lingkungan melalui penggunaan energi terbarukan dan peningkatan sistem pengelolaan limbah, efisiensi energi dengan elektrifikasi operasional seperti crane dan kendaraan listrik. Selain itu juga pengelolaan emisi dan polusi dilakukan dengan dukungan pemerintah, masyarakat, dan mitra bisnis.
Fauzi mengatakan dalam upaya green port, Pelabuhan Teluk Bayur telah mengadopsi teknologi ramah lingkungan yang salah satunya adalah sistem elektrifikasi alat-alat operasional. Pelabuhan Teluk Bayur, juga telah menggunakan oil boom dalam setiap kegiatan bongkar muat curah cair untuk meminimalkan risiko kebocoran sehingga mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Hal ini tentunya mampu meningkatkan rasa aman dan kepercayaan pengguna jasa.
Komitmen PTP, kata Fauzi dalam mendukung implementasi green port tak perlu diragukan lagi. Hal itu dibuktikannya lewat implementasi green port dengan elektrifikasi alat bongkar muat seperti Gantry Jib Crane sehingga dapat menekan biaya operasional konsumsi BBM hingga 25% dan mengurangi tingkat kebisingan serta polusi udara.
Menurut Fauzi, PTP Teluk Bayur berhasil menorehkan capaian penting dalam upaya meningkatkan efisiensi layanan pelabuhan yakni sistem operasi Pelabuhan non petikemas terintegrasi yang disebut PTOS-M (Pelindo Terminal Operating System Multipurpose).
“Dengan sistem itu pengguna jasa sangat dimudahkan monitoring kegiatan bongkar muat,” ujarnya.
PTOS-M menjadi bagian dari proses transformasi dan standardisasi yang salah satu dampaknya adalah peningkatan kinerja produktivitas Ton/Ship/Day (T/S/D) dan penurunan port stay yang signifikan.
Sampai dengan Triwulan III Tahun 2024, PTP Nonpetikemas Cabang Teluk Bayur telah mencatat peningkatan kinerja produktivitas Ton/Ship/Day (T/S/D) seperti pada komoditas curah kering, yaitu dari 1.999 T/S/D menjadi 2.604 T/S/D atau peningkatan kecepatan layanan di pelabuhan 30%.
Selain itu, terjadi penurunan port stay atau waktu durasi sebuah kapal berada di pelabuhan. Waktu tunggu kapal di pelabuhan ini berhasil diturunkan dari rata-rata 3 hari menjadi 2 hari, yang berarti peningkatan efisiensi biaya di Pelabuhan bagi pengguna jasa hingga 33%.
Kata Fauzi, penurunan waktu tunggu ini merupakan hasil dari penerapan sistem dan standardisasi baru yang mendukung kelancaran proses bongkar muat, sekaligus mengurangi hambatan operasional.
“Dengan berkurangnya waktu tunggu, para pengguna jasa pelabuhan dapat menikmati manfaat efisiensi biaya operasional. Kapal yang dapat lebih cepat dilayani akan menurunkan biaya logistik dan mempercepat pengiriman barang,” ucapnya lagi.
Fauzi juga mengatakan, efisiensi waktu tunggu kapal menjadi salah satu prioritas utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada pengguna jasa pelabuhan. “Peningkatan ini kami capai dengan menerapkan standar dan sistem yang mampu memperlancar operasional di lapangan. Kami optimis bahwa langkah ini akan meningkatkan daya saing PTP Non petikemas Cabang Teluk Bayur, baik di kancah nasional maupun internasional,” ungkapnya.
Data yang diperoleh Ocean Week dari perseroan menyebutkan kinerja hingga Triwulan III 2024 mencatat trafik komoditas General & Bag Cargo dengan realisasi throughput sebesar 489.000 ton/m³. Komoditas curah kering mencapai 1.480.000 ton dan komoditas curah cair mencapai realisasi throughput sebesar 2.066.000 ton.
PTP Non petikemas Cabang Teluk Bayur memiliki fasilitas dermaga sepanjang 917,3m dan fasilitas lapangan penumpukan seluas 36.341 m2 melayani berbagai macam kargo seperti curah cair (berupa CPO, Aspal), curah kering (berupa Batubara, Cangkang, Bungkil, Pupuk, Jagung, Kedelai, Gypsum dan Copper Slag), dan bag cargo (berupa semen dan pupuk).
Dukungan Pemerintah
Keberhasilan Pelabuhan Teluk Bayur sebagai pintu gerbang perekonomian Sumatera Barat tidak terlepas dari dukungan pemerintah dan stakeholder lainnya. Pelabuhan Teluk Bayur berkomitmen untuk menjadi pelabuhan yang lebih aman, nyaman, dan berkelanjutan, mendukung pertumbuhan ekonomi regional serta menjaga kelestarian lingkungan.
“Kami berkolaborasi dengan pemerintah Sumatera Barat, perusahaan bongkar muat, dan pemilik barang untuk menyusun roadmap kerjasama yang optimal, termasuk penataan masyarakat sekitar pelabuhan, Kami berkomitmen mengoptimalkan layanan di PTP Teluk Bayur agar memberikan kontribusi signifikan dalam memperkuat rantai pasok dan mendukung pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional” terangnya.
Di tempat terpisah, Ketua APBMI Padang HM. Tauhid menyampaikan apresiasinya terhadap kinerja PTP Teluk Bayur. “Sekarang layanan PTP sudah bagus. Kami sangat nyaman, dan tenang, karena mereka sudah menerapkan standar internasional, di dermaga sangat steril, tak ada orang sembarang disitu selain petugas dan yang berkepentingan,” ungkap Tauhid.
Tauhid mengungkapkan jika dirinya banyak menggunakan fasilitas PTP untuk kegiatannya. Bahkan tak jarang saat ini menggunakan dermaga Bukit Asam yang merupakan dermaga kerjasama antara PTP dengan PT Bukit Asam.
Harapan Tauhid, kinerja yang sudah baik itu dapat dijaga dan kalau bisa ditingkatkan lagi.
Sementara itu, SM Sekretaris Perusahaan PTP Non petikemas Fiona Sari Utami menegaskan, Transformasi yang dilakukan PTP Non petikemas tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga untuk memperkuat daya saing di tingkat nasional dan internasional. “Kami berkomitmen untuk menghadirkan pelayanan yang lebih baik melalui peningkatan pelayanan jasa bongkar muat Non petikemas,” ungkap Fiona. (***)