Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe dan Presiden Jokowi sepakat meneruskan rencana pembangunan mega proyek Pelabuhan Patimban di Subang Jawa Barat. Keduanya memandang bahwa pelabuhan Patimban merupakan salah satu peningkatan kerjasama dibidang eknomi.
“Terkait dengan proyek pembangunan Pelabuhan Patimban, kami kembali menegaskan arah kebijakan untuk pengolahan pelabuhan dilaksanakan oleh perusahaan patungan Jepang-Indonesia,” kata Abe dalam konferensi persnya usai bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Bogor Minggu (15/1) malam.
Sebaliknya Jokowi menyatakan bahwa di tengah pertumbuhan ekonomi global yang belum membaik, investasi Jepang di Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan. Hal tersebut membuat Jepang menjadi mitra strategis Indonesia.
Menurut Presiden Jokowi, investasi Jepang di Indonesia meningkat hampir dua kali lipat dalam periode 2015-2016. “Kami telah mencatat peningkatan investasi Jepang yang signifikan. Dari Januari-September 2016, investasi Jepang di Indonesia telah mencapai 4,498 miliar dollar dan angka itu meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2015,” katanya.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, kementeriannya meminta Jepang agar pembangunan Pelabuhan Patimban dilakukan paling lambat awal 2018. Dengan demikian, pelabuhan yang terletak di Subang itu bisa dioperasikan awal 2019.
Mengenai operator pelabuhan itu, Budi berharap dilakukan melalui perusahaan patungan. Terkait operator yang berasal dari Jepang, “Jepang belum menentukan operatornya. Mereka minta waktu untuk dilakukan pemilihan. Mereka baru akan menyampaikan dalam beberapa bulan mendatang,” ujar Menhub.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar saat meninjau pembangunan Pelabuhan Patimban mengungkapkan, pembangunan dan pengembangan Pelabuhan Internasional Patimban, Kabupaten Subang memerlukan perubahan desain tata ruang wilayah Patimban – Subang. Karena kawasan ini akan menjadi Port City sekaligus mengantisipasi pertumbuhan kawasan industri baru.
Saat ini, Pelabuhan Patimban memiliki fasilitas Trestel 570 meter, ditambah Causeway sepanjang 357,5 meter. Total yang menjorok ke laut sepanjang 800 meter.
“Tinggal menambah 300 meter jadi 1,1 kilometer sebelum dibuat tempat sandaran kapal- kapal besar,” kata Deddy Mizwar.
Wagub Deddy juga menyatakan, infrastruktur penunjang pelabuhan yang segera dikembangkan antara lain, jalan akses berupa jalan tol, railway, kelistrikan (PLTG atau PLTU), supply air bersih, IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan reception facilities.
Sarana pendukung yang akan dibangun, ungkapnya, adalah sekolah atau akademi untuk menyiapkan SDM lokal yang dibutuhkan untuk kemajuan Patimban. “Kita harapkan 2019 selesai dan 2020 sudah beroperasi,” jelasnya.
Deddy menambahkan, dibutuhkan dana sekitar Rp 500 miliar untuk pembebasan tanah 356 hektare tanah di darat, dan 300 hektare tanah di bibir pantai, atau total 656 hektare lahan yang harus dibebaskan.
Ditempat terpisah, INSA juga menyatakan sangat setuju dengan percepatan pembangunan pelabuhan Patimban sebagai pengganti Cilamaya. “Dengan adanya Patimban, pelayaran akan memiliki banyak pilihan untuk kegiatan sandar kapal. Makanya para operator terminal mesti memberikan layanan terbaiknya agar pelayaran dapat menentukan dimana akan berkegiatan,” kata Carmelita Hartoto, Ketua Umum DPP INSA. (***)