Keinginan dan rencana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok membangun Port of Jakarta sebagaimana di Rotterdam (Port of Rotterdam) mendapat apresiasi positif dari kalangan dunia usaha.
Namun tidak sedikit pula stakeholders kepelabuhanan yang menyatakan tidak setuju dengan gagasan Ahok tersebut. Alasannya, untuk apalagi membangun pelabuhan, karena barang yang melalui Jakarta masih mampu ditangani Tanjung Priok (JICT, TPK Koja, MAL, dan NPCT1).
“Lebih baik investasinya dialihkan untuk membangun industry. Kalau membangun pelabuhan lagi dan barang yang ada melalui pelabuhan di Jakarta hanya itu-itu saja akan mubazir. Padahal investasinya sangat mahal,” kata Arif Hismawan, Direktur NPCT1 kepada Ocean Week, di Jakarta.
Hal senada juga dikatakan Ketua Dewan Pelabuhan Indonesia Sungkono Ali. “Kalau pemerintah hanya focus pada membangun pelabuhan, apalagi di Jakarta untuk apa. New Port Kalibaru saja belum optimal, Tanjung Priok (JICT, TPK Koja, MAL) saya rasa masih mampu menghandle arus barang yang lewat pelabuhan Jakarta,” ujarnya.
Arif dan Sungkono mencontohkan bahwa sekarang setelah NPCT1 beroperasi, pemerintah juga membangun lagi pelabuhan Patimban di Subang, terus PT Pelindo II berencana merevatilisasi pelabuhan Cirebon, kemudian BUMN ini juga akan membuat pelabuhan baru lagi di Kabupaten Cirebon bersama Malaysia. “Untuk apa banyak pelabuhan kalau barangnya ngga ada. Lagi pula pemerintah kan minta supaya Tanjung Priok dapat dikonsep sebagai pelabuhan pusat logistic (hub port logistic), mestinya focus saja mengembangkan Tanjung Priok,” ungkap keduanya.
Sementara itu Ketua Komite Tetap Kadin Indonesia Bidang Perhubungan Asmari Heri menyatakan bahwa semakin banyak dibangun pelabuhan, akan semakin bagus buat pelayaran, sebab banyak pilihan untuk pelayaran. “Pelayaran akan banyak mempunyai alternative memilih, mana yang pelayanannya bagus itu yang bakal diminati oleh pelayaran,” kata Direktur Samudera Indonesia ini.
Menanggapi keinginan Ahok yang akan membangun Port of Jakarta, Asmari mengungkapkan bagus-bagus saja, sepanjang nantinya mampu dalam mengelolanya.
Sementara Ketua II Ginsi Pusat Erwin Topan mengungkapkan, semakin banyak pelabuhan, semakin banyak pula pilihan bagi importer membuat pilihan dimana akan melakukan kegiatan. “Pastinya pelabuhan yang layanannya bagus, cepat, aman, dan kompetitif tariff, itu yang akan diserbu oleh importer beraktivitas. Tapi, importer juga memperhitungkan jarak dengan letak industrinya,” ucapnya.
Seperti diketahui bahwa gagasan Ahok itu mengemuka pasca gubernur DKI Jakarta ini bertemu dalam kunjungannya ke Rotterdam tahun 2015 lalu. Kemudian gagasan yang dilontarkannya untuk membangun port of Jakarta itu menjadi bahan rapat-rapat di pemerintahan. Salah satunya sebagaimana dikatakan Kepala Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok Nyoman Gde Saputra, bahwa dalam suatu rapat di BPPT, hal itu sempat menjadi bahan rapat. (***)