Sekitar 70-80 ribu kapal per tahun melintasi Selat Malaka dan Selat Singapura, baik kapal kargo, kapal tanker yang terdeteksi alat automatic identification system atau kapal-kapal kayu tradisional yang tidak terdeteksi oleh alat itu.
Selat Malaka dan Selat Singapura merupakan salah satu kawasan terpenting jalur laut di kawasan Asia Tenggara. Kawasan ini merupakan salah satu jalur laut yang sempit namun banyak dilalui ribuan kapal dari berbagai negara setiap tahunnya.
Sekjen Kementerian Perhubungan RI Sugihardjo mengungkapkan jalur itu merupakan salah satu jalur pelayaran yang sangat ramai tapi strategis dan vital. “Jalur ini menghubungkan jalur pelayaran berbagai negara di dunia. Ada banyak negara yang menggunakannya,” katanya kepada pers di acara Tripartite Expert Group ke 41 dan Coorporation Forum ke-9 di Yogjakarta.
Menurut Sekjen beberapa stakeholder dan negera-negara pengguna seperti Australia,China, Jepang, Jerman, India dan Denmark berkepentingan akan terjaminnya keselamatan pelayaran di kawasan itu.
“Tiga negara yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura bersama beberapa organisasi internasional seperti IMO (International Maritime Organization) punya kepentingan untuk mengatur berkaitan dengan peningkatan keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim di kawasan Selat Malaka dan Selat Singapura,” katanya.
Kegiatan tersebut lebih banyak menekankan pada pembahasan pemanduan, dan penandaan navigasi di jalur Selat Malaka dan Singapura. (***)