KM. Logistik Nusantara II tiba di Pelabuhan Trikora, Soasio, Kota Tidore Kepulauan, pada Sabtu (23/3). Kapal yang dioperatori PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) tersebut singgah di Tidore sebelum melanjutkan pelayarannya ke Daruba, Kabupaten Pulau Morotai, dan kemudian berlanjut menuju Surabaya.
Kedatangan kapal tersebut tentu saja membuat suka cita para pengusaha di wilayah itu, apalagi kapal itu juga mengangkut 4 (empat) unit peti kemas sistem pendingin (reefer container) berukuran 20 feet.
“Selama ini kami memerlukan kapal dengan peti kemas sistem pendingin tertutup agar kondisi ikan-ikan yang kami muat untuk dijual tetap segar terlebih lagi dengan tol laut harga sewa kapal dan reefer containernya juga murah,” ujar Jawiyah, salah seorang pengusaha ikan di pelabuhan Trikora Tidore.
Jawiyah juga mengatakan kalau kedatangan KM. Logistik Nusantara II dengan membawa reefer container ini merupakan bukti bahwa Pemerintah memperhatikan kepentingan para pengusaha kecil di bidang usaha perikanan.
Sementara itu, Erwin, pengusaha ikan lainnya, mengaku bahwa kedatangan kapal memberikan secercah harapan untuk para pengusaha karena tempat penampungan ikan di Kota Tidore sudah melebihi kapasitas.
“Namun saya bersyukur karena selama ini, stock Container Reefer di Tidore masih minim sehingga kedatangan kapal dengan reefer container sangat membantu apalagi ikan-ikannya akan dipasarkan di Pulau Jawa,” ungkapnya.
Seperti diketahui bahwa setelah Ditjen Perhubungan Laut menyediakan Reefer Container, beberapa Pemerintah Daerah merespon dengan baik, diantaranya di pelabuhan Sia Sio Tidore.
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas IV Sia Sio, Rosihan Gamtjim, menyatakan sekarang ini sudah mulai ada peningkatan permintaan pengangkutan ikan dengan Reefer container dari pelabuhan Sia Sio.
“Itu juga perlu diantisipasi dengan setidaknya 5 unit reefer container di sini. Selain itu plug charger untuk tenaga listrik reefer kontainer juga harus dimiliki pelabuhan Sia Sio,” ungkap Rosihan.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Capt. Wisnu Handoko menanggapi permintaan KSOP Sia Sio tersebut dengan serius. Mengingat salah satu target program Tol Laut 2019 adalah meningkatnya muatan balik.
“Saat ini ada kapal Tol Laut Angkutan Barang yang memasuki pelabuhan Tidore yaitu KM Logistik Nusantara II yang dioperasikan oleh PT. Pelni. Selain itu pada koridor Halmahera Utara didukung dg satu unit kapal kontainer feeder Kendhaga Nusantara,” ujarnya.
Capt. Wisnu mengatakan bahwa Kementerian Perhubungan cq. Ditjen Perhubungan Laut akan terus mendukung Pemerintah Daerah Tidore dengan menyediakan Reefer container yang cukup baik dari pihak swasta maupun mengoptimalisasi reefer container yang dimiliki oleh Ditjen Perhubungan Laut.
Diberitakan sebelumnya bahwa sejak adanya kapal tol laut, ongkos kirim hasil pertanian dari Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) ke Makassar turun drastis, dari tadinya Rp 14 juta menjadi Rp 6 juta.
Kapal to laut pada rute tersebut sudah mulai berfungsi Jumat (22/3) dengan rute Muna-Selayar-Makassar, hanya ditempuh selama 18 jam.
Salah seorang pengusaha jagung kuning, La Ode Umar mengungkapkan, bahwa dirinya mulai merintis bisnisnya sejak 2015, saat itu masih terkendala biaya pengiriman yang mencapai Rp 14,8 juta per satu kontainer.
“Sekarang untuk kirim ke Makassar hanya mengeluarkan Rp 6 juta untuk satu kontainer, jadi harga beli saya ke petani juga bisa saya naikkan, saya sesuaikan dengan ongkos kirim,” ungkap La Ode.
Adapun Wakil Bupati Muna, Malik Ditu baru-baru ini telah melepas pengapalan perdana sebanyak 3 kontainer jagung asal kecamatan Kebangka Kabupaten Muna lewat Pelabuhan Nusantara menuju Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). “Dengan tol laut ini, tentu petani akan semakin terbantu untuk akses transportasinya, biayanya juga lebih murah,” kata Malik.
Sebagai informasi, Pemerintah akan terus mengoptimalkan layanan kapal tol laut yang sudah dimiliki Hubla sebanyak 156 unit. Kapal-kapal itu akan melayari 19 rute tol laut pada tahun 2019 ini.
Menurut data yang ada, ongkos kirim barang sejak di suatu daerah dilayari kapal tol laut telah turun, bukan hanya untuk rute Muna-Makassar saja, melainkan juga pada wilayah lain.
Tol laut juga dinyatakannya sudah berhasil menekan disparitas harga barang antara Indonesia Timur dan Indonesia Barat. (***)