Mempersatukan kembali insan pelayaran tampaknya masih sulit. Karena sebagian oknum diantara mereka belum terjadi harmonisasi dan masih juga ada yang berpikir hanya untuk kepentingan kelompoknya saja, bukan kepentingan bangsa dan Negara.
Padahal, pacsa gugatan Johnson di Pengadilan Jakarta Pusat dimenangkan oleh hakim, dan kemudian gugatan Carmelita Hartoto di PTUN menang, mayoritas pelaku usaha pelayaran menginginkan supaya semua bersatu kembali membangun pelayaran nasional bersama-sama untuk Indonesia.
Ocean Week yang menghubungi sejumlah pengurus INSA di daerah memperoleh jawaban yang rata-rata mereka berharap untuk bersatu menjadi INSA seutuhnya.
Ketua DPC INSA Banjarmasin Gayo menyatakan bahwa tidak ada untungnya sesame pelayaran tidak akur. Mestinya semua dapat memikirkan bagaimana mengembangkan usaha pelayaran di tengah keterpurukan ekonomi dunia agar pelayaran Indonesia dapat tetap eksis. “Ini malah saling berseteru. Kalau PTUN sudah memutuskan agar Kemenkumham membatalkan SK penggunaan nama INSA karena nama INSA sudah ada sejak tahun 1960-an itu harus dihormati, nggak perlu emosional untuk benar sendiri,” ungkapnya per telpon.
Hal senada juga diucapkan oleh Ketua INSA Semarang Ridwan. “Lebih baik kita pikirkan bagaimana pelayaran, bukan malah ngotot, ya hormati keputusan PTUN,” ujarnya.
Lukman Lajoni malah meminta agar semua sadar. “Pelayaran saat ini sedang menghadapi problem yang berat. Perompakan kapal, lalu penangkapan oleh oknum keamanan di laut, dan lain-lain. Itu yang mestinya lebih didahulukan daripada terus berperkara. Putusan PTUN itu sudah wajar dan benar,” katanya kepada Ocean Week per telpon kemarin.
Karena itu, Lukman berharap supaya para pebisnis pelayaran kembali ke chitohnya, bersatu untuk kemajuan pelayaran Indonesia, sehingga kedepan dapat menikmati dan merasakan pelayaran nasional menjadi ‘tuan rumah’ di negeri sendiri.
Harapan serupa pun didengungkan oleh Ketua INSA Cirebon Agus Purwanto. “Kalau kita tidak akur, kapan pelayaran nasional akan maju,” ungkapnya singkat.
Anto Perwata dirut Perwata grup juga pernah menyatakan, akibat tidak solidnya pelayaran, akhirnya sector offshore pun terkena dampaknya.
Tetapi, harapan dan keinginan mereka itu kelihatannya masih sulit diwujudkan. Ocean Week yang mencoba berkomunikasi lewat SMS Rabu (24/8) kemarin ke L. Sujatmiko (mantan Wakil Ketua Umum) dan Paulis Johan (mantan Sekjen INSA), menanyakan apakah mereka dapat bersatu kembali untuk kepentingan bangsa dan Negara, keduanya tidak memberi jawaban.
Bahkan sampai berita ini diturnkan belum juga ada jawaban dari keduanya.
Banyak tokoh pelayaran di Tanjung Priok menyayangkan terhadap mereka. Padahal kalau dapat kompak, pasti pelayaran nasional bisa berkembang. Apalagi di era pemerintah Jokowi yang cukup memberi ruang untuk kemajuan kemaritiman Indonesia.
“Mestinya mereka bertemu saja, bicarakan bagaimana baiknya kedepan. Jangan malah saling buka-bukaan dan berargumen lewat media social, tidak akan menyelesaikan masalah,” kata mereka. (ow)