Shipping line mulai banyak yang memindahkan kegiatannya dari JICT ke terminal lain di pelabuhan Tanjung Priok. Kepindahan itu disebabkan kinerja layanan di terminal terbesar di Indonesia ini terus merosot pada saat sekarang akibat slow down pekerjanya.
Karena itu, shipping line minta kepada pemerintah (Menhub) maupun Menneg BUMN untuk turun tangan membantu penyelesaian persoalan isu mogok pekerja yang sudah berulang kali ini.
Sejumlah pelaku pelayaran yang dihubungi Ocean Week menyatakan, bahwa pihak pekerja JICT terkesan tidak peduli, apakah kapal-kapal yang selama ini sandar di JICT kemudian pindah ke tempat lain, silakan saja. Paling yang rugi perusahaan, bukan pekerja.
Beberapa kapal asing juga sudah mulai pindah pada minggu ini, namun ada juga yang baru pindah pada awal agustus 2017 nanti.
Ocean Week yang mencoba menanyaan masalah ini ke pihak JICT, TPK Koja, dan NPCT1 melalui juru bicaranya, belum mendapat respon atau jawaban apa yang menjadi penyebabnya.
Amboro Banteng (pengurus INSA Jaya) dan Capt. Supriyanto (Samudera Indonesia) menyatakan keprihatinannya terhadap kejadian yang ada di JICT. “Tapi kapal kami masih berkegiatan di JICT, karena pindah juga sudah penuh juga,” kata keduanya lewat telpon, Senin (24/7) siang.
Menurut mereka, saat ini belum ada yang bisa menengahi atau menyelesaikan ketidak-sepahaman antara pekerja dengan manajemen JICT.
“Yang bisa menyelesaikan ya pemerintah, karena terminal menjadi fasilitas fital untuk kegiatan perekonomian, apalagi ini berhubungan dengan pihak luar negeri,” ungkap Amboro Banteng. (***)