Meski saat ini harga kapal sedang murah, diharapkan pebisnis pelayaran tidak jor-joran membeli kapal, mengingat sekarang antara supply dan demand tidak seimbang. Akibatnya, banyak kapal nongkrong karena tak ada muatan.
“Kapal memang lagi murah, tapi supply dan demand sekarang nggak seimbang. Sebab barang yang mau diangkut nggak ada, jadi sekarang ini kelebihan kapal. Walau harga kapal sedang murah, sebaiknya tahan dulu untuk beli,” kata Dirut PT Arpeni Oentoro Surya kepada Ocean Week, di Jakarta.
Mantan Ketua Umum INSA ini juga menceritakan bagaimana banyak perusahaan pelayaran besar berguguran, itu dikarenakan mereka banyak membangun kapal besar, sementara muatannya tidak ada.
Makanya, Oentoro menghimbau kepada pemerintah Indonesia (Kemenhub) jika ingin mengadakan kapal sebaiknya meminta info ke INSA, sehingga benar-benar mengetahui situasi dan kondisi akan kebutuhannya.
Oentoro juga mengakui kalau kondisi bisnis pelayaran saat ini sedang melemah, bukan saja di Indonesia, namun juga di dunia. Hal itu karena perekonomian dunia yang belum tumbuh. “Kita ingat krisis perekonomian dunia di tahun 2008 yang juga berimbas ke Indonesia hingga 2013. Usaha pelayaran domestic mampu bertahan. Lalu semua berharap setelah itu perekonomian tumbuh,,lha ini justru krisis berkepanjangan. Kita juga nggak tahu sampai kapan situasi ini berakhir,” ujar Oentoro Surya.
Dia memisalkan, selama ini Amerika Serikat dijadikan sebagai tolok ukur pertumbuhan ekonomi, dan Indonesia cukup banyak melakukan perdagangan ke negeri Paman Sam ini. “Namun kita belum tahu setelah Trump terpilih sebagai presiden, bagaimana kebijakan ekonominya,” ungkapnya.
Oentoro menambahkan bahwa sekarang ini banyak pengusaha termasuk usaha pelayaran yang wait and see. Investor asing yang ingin menanamkan modal disini juga selalu was-was, karena kondisi keamanan berinvestasi di Indonesia yang dinilai masih mengkhawatirkan.
Jadi, ungkap Oentoro, untuk kembali bangkit dari krisis perlu waktu, seperti yang terjadi di sector batubara. Sekarang angkutan komoditi batubara sudah mulai merangkak naik, namun perlu juga persiapan, tidak serta merta langsung ‘up’. “Ibarat bayi itu merangkak dulu baru jalan, artinya butuh waktu,” katanya lagi.
Oentoro juga menyinggung mengenai ributnya dwelling time di pelabuhan, menurut dia, dwelling time itu disebabkan tidak beresnya operasional sejumlah institusi di pelabuhan yang akibatnya arus barang jadi lamban.
Mengenai banyaknya kapal yang sudah berumur, Oentoro menyarankan, jika ada kebijakan scrab, itu bagus, karena sekarang ini pengguna jasa pun inginnya menggunakan kapal baru atau yang layak pakai. (***)