Menko Kemaritiman dan Investasi menyatakan bahwa Pelabuhan Patimban, di Subang, Jawa Barat masih menghadapi masalah. Padahal operasional Patimban direncanakan pada pertengahan tahun 2020.
“Mengenai Pelabuhan Patimban masih ada sedikit masalah. Minggu depan kita rapatkan,” kata Luhut Binsar Panjaitan kepada wartawan di kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Jumat (15/11) malam.
Seperti diketahui, Patimban termasuk proyek strategis karena akan dapat memecah kepadatan arus barang ke barat yang menuju Pelabuhan Tanjung Priok dari kawasan industri di Bekasi dan Karawang, ke arah timur.
Meski begitu, Luhut tak merinci apa saja masalah yang masih mengganjal dalam proyek ini. “Namun, yang pasti salah satu masalah yang mengganjal Pelabuhan Patimban, adalah soal akses menuju lokasi. Pembangunan akses yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terkendala pembebasan lahan,” ungkapnya.
Luhut juga mengungkapkan, Jepang tertarik masuk untuk berinvestasi di pelabuhan yang berlokasi di Subang tersebut. Sebab, Jepang punya kepentingan karena Pelabuhan Patimban akan menopang aktivitas industri Jepang di Karawang dan Bekasi terutama otomotif dan lainnya. Namun, investor Jepang masih perlu kepastian investasi dalam beragam aturannya.
“Seperti pelabuhan Patimban mereka perlu celah-celah perlu perbaikan,” ujar Luhut.
Untuk diketahui, proyek Pelabuhan Patimban ini molor dari rencana semula yakni beroperasi Desember 2019.
Makanya operasional kemudian direncanakan pada April-Mei 2020 yakni untuk car terminal.
“Pelabuhan Patimban adalah proyek strategis nasional yang harus kita selesaikan tahun depan. Saya melakukan pengecekan segala sesuatu berkaitan dengan progres,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi kepada pers, beberapa waktu lalu.
Dengan adanya Car Terminal di Pelabuhan Patimban ini diharapkan dapat mengurangi kepadatan lalu lintas khususnya untuk ekspor-impor produk kendaraan di Pelabuhan Tanjung Priok.
Selama ini, kendaraan berat termasuk angkutan ekspor-impor kendaraan menyumbang pada kemacetan lalu lintas khususnya ruas antara Bekasi-Tanjung Priok, Jakarta.
Car Terminal Pelabuhan Patimban ini nantinya memiliki kapasitas tampung 250 ribu sampai 300 ribu kendaraan per tahun.
Pembangunannya sendiri dilaksanakan dalam 3 tahap. Tahap pertama, Pelabuhan Patimban direncanakan akan dapat melayani 3,5 juta peti kemas (TEUS) dan 600.000 kendaraan bermotor (CBU).
Tahap kedua, kapasitas pelayanan akan meningkat menjadi 5,5 juta TEUS dan pada tahap ketiga akan meningkat kembali hingga 7,5 juta Teus.
Menko Maritim dan Investasi Luhut juga pernah menyatakan kalau operator pelabuhan Patimban bukan BUMN (Pelindo), melainkan swasta.
“Tak ada Pelindo pada pengelolaan Patimban,” ujarnya beberapa bulan lalu.
Pernyataan Luhut, disambut baik oleh kalangan swasta, salah satunya ABUPI. Ketua Umum Abupi Aulia Febrial Fatwa mengatakan, bahwa pihak swasta siap jadi operator Patimban jika diberi kesempatan. (cnbc/ow/***)