Untuk mengantisipasi laju pertumbuhan volume arus petikemas (barang) yang mencapai 8-10 % lewat TPK Panjang, IPC Terminal Petikemas sudah menyiapkan beberapa strategi, antara lain menambah fasilitas seperti container crane, maupun plugging.
“Plugging akan kami tambah 30 unit lagi, sehingga total jadi 150 unit. Itu untuk kebutuhan pendingin kontainer, kemudian menambah 3 RTG unit, juga satu unit container crane,” kata Manager Area IPC TPK Panjang Suswantoro, didampingi Finan (Humas IPC TPK) kepada Ocean Week di kantornya, Selasa (19/11).
Suswantoro juga menceritakan bagaimana pihaknya tengah mengajak pelayaran untuk melayari rute Panjang-Surabaya, menggantikan angkutan barang yang selama ini pengirimannya dilakukan melalui darat.
“Kami sudah ngomong sama pelayaran Temas dan SPIL. Dan keduanya tertarik untuk rute tersebut,” ujarnya.
Menurut dia, ada potensi barang sebesar 20 ribu ton atau 2000 ribu box per bulan komoditi tapioka yang selama ini diangkut dengan truk lewat darat, akan dialihkan menggunakan petikemas lewat kapal laut.
Bukan itu saja, kata Suswantoro, ada pula komoditi kopi hingga 500 box juga gunakan angkutan darat berencana di kontainerisasikan menggunakan kapal laut.
“Memang rute Panjang-Surabaya sangat diperlukan lewat laut, karena potensi barangnya cukup banyak,” ucapnya lagi.

Suswantoro pun mengungkapkan jika selama ini ada potensi ekspor dari Lampung tujuan China dan Timur Tengah. “Ada fiber Wood dari PT Multi Panel Indonesia yang relokasi dari Cikarang ke Lampung, dan hasil produknya diekspor ke China, juga Timur Tengah,” katanya.
Untuk diketahui, bahwa Ocean Week selama dua hari, dari Senin (18/11) dan Selasa (19/11) langsung melihat berbagai kegiatan di pelabuhan yang terletak di Panjang, Lampung.
Tampak dibeberapa dermaga, ada sejumlah kapal sedang merapat untuk membongkar muat bawaannya. Ada yang sedang menurunkan komoditi sembako, ada pula yang memuat truk-truk dari kapal RoRo tujuan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Khusus di dermaga Petikemas, sedang sandar kapal Shonga Hayd, membongkar muat sekitar 522 box atau 595 TEUs. Bongkar muat hanya memakan waktu sekitar 30 jam.
Sementara di dermaga multipurpose juga tengah ada kapal membongkar komoditi bungkil dengan cara truk lossing.
Suasana di pelabuhan Panjang dalam dua hari ini cukup ramai dengan keluar masuk kapal. Udara disini terasa menyengat di sekujur tubuh. Meski begitu, para pekerja bongkar muat maupun para sopir truk tak begitu menghiraukan teriknya mata hari.
Mereka tetap bersemangat mencari rejeki untuk menghidupi keluarganya.
Ocean Week yang mengamati dari pinggiran dermaga hanya bisa melihat satu persatu truk-truk pengangkut komoditi untuk kebutuhan domestik maupun petikemas meninggalkan pelabuhan. Walau malam mulai datang, tetapi aktivitas di pelabuhan terus tak berhenti.
Terminal Peti Kemas di Pelabuhan Panjang ini memiliki fasilitas kapasitas terpasang hingga 500 ribu twenty foot equivalent unit (TEUs)/tahun, sedangkan saat ini baru terisi sekitar 25 persen.
Data yang diperoleh hingga Oktober 2019, arus bongkar muat peti kemas melalui TPK Panjang sudah mencapai 103.593 TEUs atau 85.872 bok.
Pada tahun ini, TPK Panjang optimistis mampu menghandle sebanyak 137.000 twentyfoot equivalent units (TEUs) atau tumbuh sekitar 8 sampai 10 persen dibanding pencapaian 2018 yang tercatat 116.725 TEUs atau setara 95.968 bok.
“Kita akan menjadikan pelabuhan Panjang sebagai mesin perekonomian provinsi Sumatera bagian Selatan,” ungkap GM Pelindo Cabang Panjang Drajat Sulistyo menambahkan. (***)