Nilai ekspor Jawa Barat (Jabar) Juli 2020 mencapai US$2,21 miliar atau meningkat 12,48% dibanding Juni 2020. Sedangkan jika dibandingkan Juli 2019 turun 24,20%.
Hal serupa juga dialami Daerah Istimewa Yogjakarta (DIY). Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat nilai ekspor-impor naik masing-masing sebesar 30,28 persen dan 3,66 persen.
Pernyataan itu disampaikan Kepala BPS Jabar, Dyah Anugrah Kuswardani dan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY Heru Margono, kepada wartawan, ditempat berbeda, Selasa (1/9).
“Ekspor Non Migas Jabar pada Juli 2020 mencapai US$2,19 miliar, naik 12,94 persen dibanding Juni 2020. Sedangkan ekspor Migas turun sebesar 22,02 persen, menjadi US$19,98 juta,” kata Dyah.
Secara kumulatif, ujar Dyah, nilai ekspor Jawa Barat Januari-Juli 2020 mencapai US$14,65 miliar atau menurun 15,85% dibanding periode yang sama tahun 2019, demikian juga ekspor Non Migas mencapai US$14,53 miliar atau menurun 15,93%.
Peningkatan nilai ekspor Non Migas terbesar Juli 2020 terhadap Juni 2020 terjadi pada golongan Kendaraan dan Bagiannya (US$48,74 juta), diikuti oleh Mesin dan perlengkapan Elektrik (US$44,92 juta) serta Barang-barang Rajutan (US$38,77 juta).
Sementara untuk ekspor Non Migas hasil pertanian Juli 2020 naik 46,06% dibanding bulan yang sama tahun 2019. Sedangkan ekspor hasil industri pengolahan turun 24,68% serta ekspor hasil tambang dan lainnya turun 21,84%.
Untuk negara ekspor Non Migas terbesar adalah Amerika Serikat, yaitu US$450,37 juta, disusul Jepang US$210,03 juta, dan Tiongkok US$197,46 juta dengan kontribusi ketiganya mencapai 39,26%.
Dyah juga menyatakan bahwa nilai neraca perdagangan luar negeri Jawa Barat surplus US$1,55 miliar, dengan demikian kumulatif Januari-Juli 2020 surplus mencapai US$9,84 miliar.
Untuk nilai impor Jawa Barat Juli 2020 mencapai US$0,66 miliar atau naik 7,05% dibanding Juni 2020. Namun dibanding Juli 2019 turun 34,06%.
Impor Non Migas Juli 2020 mencapai US$0,60 miliar atau naik 2,48% dibanding Juni 2020. Tetapi jika dibanding Juli 2019 turun 35,27%.
Impor Migas Juli 2020 mencapai US$53,48 juta atau naik 114,97 persen dibanding Juni 2020. Akan tetapi jika dibanding Juli 2019 menurun 16,52 persen.
Peningkatan nilai impor Non Migas terbesar Juli 2020 terhadap Juni 2020 terjadi pada Golongan Mesin dan Perlengkapan Elektrik (US$22,69 juta), diikuti oleh Kain Rajutan (US$14,40 juta) dan Mesin dan Peralatan Mekanis (US$9,54 juta).
Negara pemasok barang impor Non Migas terbesar selama Januari-Juli 2020 adalah Tiongkok dengan nilai US$1,32 miliar (29,46%), lalu Korea Selatan US$0,72 miliar (16,14%), dan Jepang US$0,64 miliar (14,40%). Impor Non Migas dari ASEAN 15,38% dari total Impor Non Migas Jawa Barat.
Nilai impor golongan penggunaan barang baik bahan baku/penolong, barang modal, serta barang konsumsi selama Juli 2020 mengalami penurunan dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu 32,79%, 29,93%, dan 50,22%.
Ekspor Impor Yogja
Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga mencatat nilai ekspor dan impor mengalami kenaikan masing-masing sebesar 30,28 persen dan 3,66 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY Heru Margono mengatakan, pada Juli 2020 nilai ekspor dan impor DIY mengalami kenaikan bila dibandingkan sebulan sebelumnya.
Untuk ekspor dan impor pada Juli 2020 mengalami kenaikan masing-masing secara urut sebesar 32,7 juta dolar Amerika Serikat dan 8,5 juta dolar Amerika Serikat.
Komoditas terbesar penyumbang nilai ekpor tertinggi pada Juli 2020 yaitu pakaian jadi bukan rajutan sebesar 11,5 juta dolar Amerika Serikat.
Lalu, penerangan rumah berkontribusi sebesar 5 juta dolar Amerika Serikat.
Kemudian barang-barang rajutan sebesar 2,3 juta dolar Amerika Serikat.
Untuk impor komoditas terbesar yakni kopi mencapai nilai 2,9 juta dolar Amerika Serikat, Filamen buatan sebesar 0,8 juta dolar Amerika Serikat, dan mesin pesawat mekanik senilai 0,7 juta dolar Amerika Serikat.
Sedangkan untuk negara ekspor terbesar didominasi oleh Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang, dengan kontribusi nilai ekspor berturut-turut senilai 11,5 juta dolar Amerika Serikat, 3,2 juta dolar Amerika Serikat, dan 3,9 juta dolar Amerika Serikat.
“Akumulasi kontribusi dari ketiga negara tersebut dalam nilai Ekspor DIY sejumlah 54,60 persen,” ujar Heru.
Sementara itu, untuk impor negara pemasok terbesar yaitu berasal dari negara Papua Nugini, Cina, dan Amerika Serikat.
Dengan kontribusi masing-masing secara berturut sebesar 2,9 juta dolar Amerika Serikat, 2,2 juta dolar Amerika Serikat, dan 1,1 juta dolar Amerika Serikat.
“Secara kumulatif nilai impor pada Januari-Juli 2020 dengan periode yang sama pada 2019 lalu mengalami kenaikan. Nilai impor meningkat sejumlah 35,76 persen atau 65,3 juta dolar Amerika Serikat,” kata Heru. (***)