PT Pelabuhan Indonesia I (Pelindo) optimistis bahwa Pelabuhan Kuala Tanjung berlokasi di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, dapat beroperasi pada kuartal II 2018. Saat ini progress pembangunan fisik tahap I terminal multipurpose Kuala Tanjung telah mencapai 96,33% (sisi laut) serta 77,07% sisi darat.
Hal itu diungkapkan Bambang Eka Cahyana, Dirut PT Pelindo I sewaktu mendampingi kunjungan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono ke pelabuhan Kuala Tanjung, hari Rabu (17/1).
Kunjungan ketiga menteri Kabinet Kerja pemerintahan Jokowi ini dalam rangka untuk melihat kesiapan terminal multipurpose yang akan segera dioperasikan tahun ini., termasuk melihat BICT.
“Pembangunan Kuala Tanjung sesuai target yang dicanangkan perseroan dalam mewujudkan program tol laut pemerintah, untuk menjadikannya sebagai hub internasional di kawasan barat dalam memperlancar arus logistik barang ekspor dan impor ke Indonesia,” ungkap Bambang.
Menurut Direktur Utama Pelindo 1 Bambang Eka Cahyana, berbagai pekerjaan konstruksi dasar seperti dermaga 500×600 m selesai, Trestle panjang 2,8 km untuk empat jalur truk selebar 18,5 m dilengkapi rak pipa 4 line x 8 inch, serta lapangan penumpukan di darat yang dilengkapi dengan fasisiltas terminal, sebagian besar telah selesai pengerjaannya.
Saat ini, kontraktor fisik tengah melakukan finishing di beberapa bagian, dan tentunya setelah melewati masa comissioning, maka Pelabuhan Kuala Tanjung siap melayani arus keluar masuk barang dan penumpang ke seluruh Indonesia dan luar negeri.
“Saat ini progress pembangunan sudah hampir selesai, sehingga kami optimistis terminal multipurpose Pelabuhan Kuala Tanjung dapat beroperasi sesuai jadwal pada kuartal II 2018,” ungkapnya.
Beroperasinya Pelabuhan Kuala Tanjung, ungkap Bambang, selain untuk mendukung program tol laut yang dicanangkan pemerintah, juga merupakan upaya Pelindo I dalam menegakkan kedaulatan ekonomi Indonesia di perairan Selat Malaka.
Pembangunan tahap I merupakan Terminal Multipurpose Kuala Tanjung berkapasitas 600 ribu TEUs. Berbagai fasilitas dan peralatan bongkar muat barang yang ada di terminal tersebut, di antaranya, 3 unit Ship to Shore (STS) Crane, 8 unit Automated Rubber Tyred Gantry (ARTG) Crane, 21 unit truck terminal, dan 2 unit MHC serta Terminal Operating System (TOS) Peti Kemas maupun curah cair.
Total investasi pembangunan pelabuhan ini mencapai Rp 34 triliun, tetapi tahap I pembangunan terminal multipurpose senilai Rp 4 triliun. Pengelola terminal ini adalah PT Prima Multi Terminal, anak usaha patungan sejumlah BUMN, yang terdiri dari PT Pelindo 1, PT Pembangunan Perumahan, dan PT Waskita Karya.
Sementara itu, tahap II akan dilakukan Pengembangan Kawasan Industri 3000 Ha, tahap III Pengembangan Dedicated/Hub Port, dan tahap IV Pengembangan Kawasan Industri Terintegrasi. Kapasitas Pelabuhan Kuala Tanjung nantinya disiapkan mencapai 20 juta TEUs yang akan ditingkatkan secara bertahap hingga tahun 2023.
Pelabuhan Kuala Tanjung diharapkan akan menjadi hub bongkar muat barang untuk pasar domestik dari kapal-kapal bertonase besar, yang selama ini lebih memilih bersandar di Pelabuhan Port Klang di Malaysia dan Singapura. Untuk mendukung kegiatan bogkar muat tersebut, Pelabuhan Kuala Tanjung telah dilengkapi berbagai sarana dan prasarana infrastruktur modern dan canggih.
“Selain penyelesaian pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung, saat ini kami tengah meningkatkan kapasitas dan layanan di beberapa pelabuhan lainnya, yaitu Pelabuhan Malahayati, Dumai, Belawan, dan Batam. Hal itu sebagai upaya kami dalam menangkap pasar di Perairan Selat Malaka yang sangat besar, mencapai 100 juta TEUs per tahun. Sehingga, diharapkan dapat meningkatkan kinerja Pelindo 1 serta mendukung nawacita pemerintah dalam menekan biaya logistik di Indonesia,” tutup Bambang. (pld1/**)