Para pengusaha di Sumatera Utara menunggu beroperasinya pelabuhan Kuala Tanjung di Kabupaten Batubara yang ditargetkan di tahun 2018 ini. Cuma, mereka menyarankan supaya pemerintah tidak dikejar target, jika infrastruktur pendukungnya masih belum sepenuhnya siap.
“Kami yakin, pemerintah (Kemenhub) maupun Pelindo I sudah menghitung akan hal itu. Apalagi beberapa bulan lalu, Pak Menhub (Budi Karya Sumadi-red) sudah meninjau ke Kuala Tanjung, melihat proses pengerjaan pelabuhan,” kata Ramdan, salah satu pengurus ALFI Sumatera Utara kepada Ocean Week, Senin (2/4) pagi.
Menurut Ramdan, pada awal beroperasi, Kuala Tanjung fokus pada komoditi Dry, dan Break Bulk (CPO). “Pipanisasi juga sudah disiapkan. Itu untuk memecah ekspor CPO dari Belawan yang dinilai akan kongesti,” ujarnya.
Sementara itu, Suryanto, Ketua ALFI Sumut juga menyatakan hal serupa. Dia menyarankan agar pemarintah maupun Pelindo I sebagai operator Kuala Tanjung menyiapkan sarana pra sarananya secara full. “Kalau untuk CPO, mesti disiapkan tanki timbunnya, terus perlu juga gudangnya. Bagaimana dengan akses jalannya,” kata Suryanto.
Sedangkan Ketua GPEI Khairul Mahali mengungkapkan, pihak Pelindo I perlu berkoordinasi dengan pelaku usaha di Sumut. Sebab, ujar Dirut PT Sahara ini, pihaknya merasa sering ditinggal dan tidak diajak bicara. “Manajemen Pelindo I harus duduk bersama pengguna jasa. Banyak hal internal dan eksternal perlu pembahasan yang menyeluruh,” ucapnya pagi ini.
Pada pertengahan Januari 2018 lalu, saat Menhub Budi Karya Sumadi berkunjung ke Kuala Tanjung, menyatakan supaya pada April ini sudah bisa beroerasi. “Targetnya April sudah soft opening,” kata Budi Karya.
Sejauh ini, proses pengerjaan pembangunan sudah mencapai 90 % lebih. Diharapkan nantinya akan banyak investor menanamkan modalnya di Kuala Tanjung.
Kuartal II
Direktur Utama Pelindo I Bambang Eka Cahyana mengatakan keyakinannya Pelabuhan Kuala Tanjung dapat beroperasi pada kuartal II 2018. “Saat ini progres pembangunan fisik tahap I, yakni terminal multipurpose Pelabuhan Kuala Tanjung telah mencapai 96,33 persen untuk sisi laut, serta 77,07 persen untuk sisi darat,” katanya kepada pers di Jakarta.
Berbagai pekerjaan konstruksi dasar seperti dermaga 500×600 m selesai, Trestle panjang 2,8 km untuk empat jalur truk selebar 18,5 m dilengkapi rak pipa 4 line x 8 inch, serta lapangan penumpukan di darat yang dilengkapi dengan fasisiltas terminal, sebagian besar telah selesai pengerjaannya.
“Saat ini progres pembangunan sudah hampir selesai, sehingga kami optimistis terminal multipurpose Pelabuhan Kuala Tanjung dapat beroperasi sesuai jadwal pada kuartal II 2018,” kata Bambang.
Mantan jebolan PT Samudera Indonesia ini, menginformasikan pembangunan tahap I merupakan Terminal Multipurpose Kuala Tanjung berkapasitas 600 ribu TEUs. Berbagai fasilitas dan peralatan bongkar muat barang yang ada di terminal, di antaranya 3 unit Ship to Shore (STS) Crane, 8 unit Automated Rubber Tyred Gantry (ARTG) Crane, 21 unit truck terminal, dan 2 unit MHC serta Terminal Operating System (TOS) Peti Kemas maupun curah cair.
Total investasi pembangunan pelabuhan ini mencapai Rp 34 triliun, tetapi tahap I pembangunan terminal multipurpose senilai Rp 4 triliun, dikelola PT Prima Multi Terminal, sebuah anak usaha patungan sejumlah BUMN, yakni Pelindo I, PT Pembangunan Perumahan, dan PT Waskita Karya. Selanjutnya, tahap II akan dilakukan Pengembangan Kawasan Industri 3000 Ha, tahap III pengembangan Dedicated/Hub Port, dan tahap IV Pengembangan Kawasan Industri Terintegrasi. Kapasitas Pelabuhan Kuala Tanjung nantinya disiapkan mencapai 20 juta TEUs yang akan ditingkatkan secara bertahap hingga tahun 2023.
Pasca beroperasinya Pelabuhan Kuala Tanjung diharapkan akan menjadi hub untuk pasar domestik dari kapal-kapal bertonase besar, yang selama ini lebih memilih bersandar di Pelabuhan Port Klang di Malaysia dan Singapura. Untuk mendukung kegiatan bogkar muat, Pelabuhan Kuala Tanjung telah dilengkapi berbagai sarana dan prasarana infrastruktur modern dan canggih. (****)