Penasehat Menteri Bidang pertahanan dan Keamanan Laksamana TNI (Pur) Prof. Marsetio bersama
Deputi pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, dan Staf Ahli Kemenko Marves DR. Sahat Manaor, didampingi Dirjen PSLB3 KLHK, Dirjen Hubla Kemenhub Agus Purnomo, serta Tim Deputi 4 Kemenko Marves, melakukan kunjungan ke pelabuhan Tanjung Priok, pada Selasa pagi.
Mereka meninjau kesiapan fasilitas Reception Facility (RF) penampungan limbah B3 yang ada di pelabuhan Tanjung Priok ini.
Hadir pula pada kesempatan ini antara lain perwakilan direksi Pelindo 1-4, Kepala OP Tanjung Priok, Kepala Syahbandar Tanjung Priok, Direktur Perkapalan dan Kepelautan Hubla, Dirut PT BKI, GM Pelindo Cabang Tanjung Priok dan institusi terkait lainnya.
Kegiatan ini berlanjut dengan diskusi mengenai Eco Port, dan semua sepakat ingin Tanjung Priok menjadi pelabuhan berwawasan ramah lingkungan.
Pada kesempatan tersebut, Marsetio menyatakan bahwa pemerintah (Kemenko Marves) mentargetkan paling tidak di 5 pelabuhan utama secara perlahan bagaimana bisa bersih dari sampah/limbah B3.
“Kita harus taat dengan aturan-aturan yang ada pada IMO karena kita sebagai salah satu negara anggota,” katanya kepada Ocean Week, di Priok, Selasa (20/10).
Marsetio minta Eco Port ini mesti terus dikawal. “KLH mengawasi, dan semua ikut serta berperan untuk mewujudkan Tanjung Priok sebagai pelabuhan berwawasan ramah lingkungan,” ujarnya.
Marsetio juga mengatakan kalau pemerintah akan menanam 1 juta mangrove, dan ini tak akan berhasil jika laut kita tak bersih.
Komisaris Utama PT Pelindo III juga mengungkapkan jika per tahun lalu lintas kapas yang masuk ke Tanjung Priok sekitar 16 ribu kapal, berapa banyak limbah B3 serta sampah non B3 yang dibuang di Priok.
“Makanya pelaporan itu sangatlah penting, dan pengawasan pun tak kalah penting,” ungkapnya.
Marsetio minta supaya dokumen kapal benar-benar dilihat. “Mereka harus melaporkan berapa banyak sampah dan limbah B3 yang akan di buang di pelabuhan Priok. Kan sudah ada inaportnet, tapi dalam pelaporan dipatuhi apa nggak,” tegasnya.
Menurut Marsetio, kalau ada kapal mulai dari masuk kemudian laporannya tak patuhi aturan, mestinya tak dikasih SPB (surat perintah berlayar).
Sementara itu, Kepala Syahbandar Priok Capt. Wisnu Handoko menyatakan supaya masalah ini terus menerus disosialisasikan. “Kita saat ini sedang menyusun sistem untuk itu,” ujarnya singkat.
Sedangkan Capt. Hermanta (direktur perkapalan dan Kepelautan Hubla) mengkritisi kapal-kapal domestik yang sedikit ada problem, dan ini yang menjadi PR bagi semuanya jika menginginkan Priok menjadi pelabuhan ramah lingkungan.
“Saya terima kasih kepada Pak Mugen (kepala OP Priok) yang telah melanjutkan program Eco Port ini,” ungkapnya.
Sahat dari Kemenko Marves juga sangat mendukung terhadap keinginan semua pihak menjadikan Tanjung Priok green port.
Capt. Mugen (Kepala OP Priok) menyatakan akan terus mengawal untuk mewujudkan Tanjung Priok sebagai pelabuhan berwawasan ramah lingkungan.
Direktur Teknik PT Pelindo II Zuhri menyambut baik apa yang diminta Marsetio agar Tanjung Priok dapat mewujudkan green port. “Kami sudah cukup lama berpikir kearah sana,” ujarnya.
Sedangkan Guna Mulyana, GM Pelindo Tanjung Priok pun siap untuk mewujudkan green port. “Saat ini kami sudah menyiapkan fasilitas untuk menunjang pengelolaan limbah,” katanya.
Marsetio sekali berharap supaya persoalan limbah B3/sampah di pelabuhan Tanjung Priok, segera dituntaskan. “Harus terus dikawal, pelaporan diperbaiki, dan pihak kapal jangan melaporkan 0 dalam sistem inaportnet. (**)