Indonesia Ship Agent Association (ISAA) mengeluhkan layanan pengisian air bersih ke kapal, khususnya di pelabuhan Tanjung Priok oleh PT EPI.
Para agen yang tergabung dalam ISAA mengatakan, selain tarifnya mahal, juga sering lamban, sehingga kapal (asing) terpaksa harus mengisi air ke pelabuhan Singapura atau Malaysia.
Aris Hartoyo, Ketua Umum ISAA menyampaikan bahwa banyak anggotanya mengeluhkan masalah tersebut. “Saya memang mendengar itu, makanya saya minta supaya operator air bersih di pelabuhan Tanjung Priok memperhatikan layanannya,” ujar Aris kepada Ocean Week, Selasa sore di Kantor ISAA, Jakarta Utara.
Bukan itu saja, kata Aris, tarifnya pun cukup mahal. Meski begitu, kapal terpaksa mengisi, karena menjadi satu kebutuhan di kapal pada saat melakukan perjalanan. “Untuk memasak, mandi, dan sebagainya,” ungkapnya.
Aris juga bertanya, kenapa PT EPI sebagai pelaksana tunggal untuk kebutuhan air bersih kapal tak mencoba menggandeng mitra swasta untuk mendampingi dalam hal ini. “Kan bisa ada vendor lain yang menjadi kepanjangan tangan PT EPI untuk mendampingi nya, sehingga layanan air bersih ke kapal dapat diberikan dengan baik, saat ini kan terkesan Monopoli,” ungkap Aris dibenarkan Adnan, ketua ISAA Jakarta.
Keluhan serupa juga pernah disampaikan pelaku usaha kapal RoRo di pelabuhan Tanjung Priok. Misalnya dalam hal kubikasi pengisian.
Kapal melakukan order 50 ton, namun pada waktu pengisian hanya 40 ton, karena dalam tangki air di kapal masih ada 10 ton. “Tapi tagihannya tetap 50 ton, kalau kami minta pengembalian dari kelebihan itu sangat susah, meskipun sudah melalui prosedur dan persyaratan yang disampaikan oleh PT EPI. Dulu sewaktu operator air di pegang PT Metito tak pernah ada masalah,” ungkap salah satu operator kapal RoRo kepada Ocean Week untuk tak disebut namanya.
Menurut dia, senenarnya bagus juga kalau untuk layanan air bersih ke kapal di pelabuhan Tanjung Priok ini ada perusahaan lain sebagai pendamping PT EPI, sehingga layanan perseroan anak usaha Pelindo ini bagus.
Dia berharap layanan air bersih ke kapal inipun dapat berjalan dengan baik. Karena itu PT Pelindo perlu mengevaluasi layanan air bersih ke kapal, mengingat setiap hari kebutuhannya sangat besar. “Kalau nggak mampu sendiri, kenapa tak mencoba membuka peluang kerjasama dengan pihak swasta sebagai pendamping nya,” katanya. (***)