Jika pemerintah benar-benar menginginkan pelabuhan di Indonesia dapat bersaing dengan Malaysia, Thailand, atau Singapura, maka Presiden Joko Widodo (Jokowi) harus siap menjadikan Kuala Tanjung sebagai hub port untuk Indonesia bagian barat, dan Bitung untuk wilayah Indonesia timur.
“Konsep yang dulu dicetuskan Bappenas sudah betul bahwa hub port wilayah barat Kuala Tanjung dan wilayah timur adalah Bitung. Sebab letak Kuala Tanjung berada satu perairan internasional dengan pelabuhan Singapura, Tanjung Pelepas Malaysia dan Port Klang Malaysia,” kata pakar Maritim nasional Prof. Rochmin Dahuri kepada Ocean Week di Jakarta (22/8).
Mantan Menteri Kelautan era Presiden Megawati Soekarnoputri menilai bahwa letak Kuala Tanjung di Sumatera Utara sangat strategis. Namun, untuk dapat menarik pelayaran internasional masuk ke Kuala Tanjung, pemerintah mesti berani memberikan kemudahan-kemudahan dan peraturan-peraturan yang tidak memberatkan para dunia usaha (pelayaran-red), seperti yang selama ini dunia usaha dapatkan di Singapura.
“Pemerintah mesti berani memberikan kemudahan terhadap mereka. Jadi apa yang selama ini diberikan oleh pemerintah Singapura, juga mesti diberikan oleh Indonesia kepada mereka,” ungkap Rochmin didampingi Santo, Komisaris Utama PT Gateway Indonesia Line.
Guru Besar IPB tersebut yakin Indonesia mampu menarik pelayaran masuk ke Kuala Tanjung apabila diberikan kemudahan-kemudahan, mengingat pelayaran-pelayaran dari Eropa, atau India dipastikan akan memilih Kuala Tanjung dibandingkan ke Singapura, karena jaraknya lebih dekat ke Kuala Tanjung dibandingkan harus ke Singapura atau Tanjung Pelapas.
“Masalahnya pemerintah Indonesia siap apa nggak dengan hal tersebut,” tutur Rochmin.
Bahkan, tambah Rochmin, kalau benar Kuala Tanjung dijadikan hub port, pelabuhan-pelabuhan seperti Tanjung Priok, Panjang, Bengkulu, Palembang, Belawan, dan lain-lain bisa saja hanya sebagai pelabuhan pengumpan ke Kuala Tanjung.
Beberapa waktu lalu ketika Ocean Week menyambangi Kuala Tanjung, tampaknya apa yang digambarkan Prof. Rochmin Dahuri tidaklah keliru. Kedepan, Pelabuhan Kuala Tanjung akan mampu merebut pangsa pasar Tanjung Pelepas, Port Klang Malaysia, dan Singapura jika pemerintah Jokowi benar-benar ‘care’ terhadap kemajuan pelabuhan Indonesia.
Sebab, fasilitas dermaga yang disiapkan Kuala Tanjung untuk terminal Multipurpose dan curah cair atau Petikemas, dengan draft -14 dan -17, Mother Vessel yang selama ini masuk ke Tanjung Pelepas, Port Klang dan Singapura dapat masuk ke Kuala Tanjung. Itu artinya kapal-kapal dari Eropa, dan India dapat menghemat antara lain BBM, waktu, dan productivity.
“Dengan masuk ke Kuala Tanjung, Mother Vessel dari Eropa dapat menghemat waktu sekitar 26 jam. Bukan hanya itu, mereka lebih efisien, dan dapat menghemat BBM, dan lebih produktif,” kata Agust Deritanto, General Manager pelabuhan Kuala Tanjung, kepada Ocean Week di Medan.
Agust yang didampingi Raflis Basa (project Manager Pembangunan Kuala Tanjung) dan Fiona (Humas PT Pelindo I) menyatakan, sampai sekarang pembangunan fisik pelabuhan ini sudah mencapai 52,02%. Diharapkan pembangunan fisik sudah selesai pada Januari 2017. Lalu pada April 2017 sudah dapat beroperasi untuk menangani kapal-kapal kargo. “Pada September 2017 sudah beroperasi untuk menangani kapal container,” ujarnya.
Agus bilang bahwa Kuala Tanjung nantinya akan memiliki dermaga sepanjang 1.000 meter. Namun pada tahap pertama ini baru disiapkan dermaga sepanjang 500 meter dengan lebar 60 meter. “Dari panjang Dermaga 500 meter itu, yang sebelah kanan diperuntukkan kapal-kapal container, sedangkan yang sebelah kiri untuk kapal-kapal curah cair,” ungkap Agust.
Pelabuhan Kuala Tanjung yang pada Januari 2015 lalu dilakukan ground breaking oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), diharapkan mampu menangani 400 ribu-600 ribu TEUs per tahun, dan 1,8 juta ton barang curah cair per tahun.
Sebagai kelengkapan, pelabuhan ini didukung oleh lapangan penumpukan seluas 13,9 hektar, dilengkapi dengan 3 unit container crane, dan 7 unit loading arm. Kedalaman kolam mencapai 14 Lws untuk dermaga container, dan 17 lws untuk dermaga curah cair.
Nantinya, Kuala Tanjung dioperasikan oleh PT Prima Multi Terminal (PMT), anak perusahaan PT Pelindo I-PP, dan Waskita Karya.
Menurut Agust, sejumlah industry sudah menunggu selesainya pembangunan dan beroperasinya Kuala Tanjung. Misalnya Unilever di Kawasan Industri Sei Mangkai siap mengapalkan sekitar 200 box setiap hari melalui pelabuhan ini. Belum lagi industry yang ada di kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Batubara, Kabupaten Asahan, dan Labuhan Batu yang mayoritas penghasil perkebunan sawit.
Selain itu ada PT Perkebunan Negara 3, PTPN 4, Bakrie Sumatera, Asean Agri, Wilmar, PT Korindo Perkasa Alam, dan Tolan Tiga. “Mereka sudah menunggu beroperasinya Kuala Tanjung dan akan menggunakannya,” kata Agust bersemangat.
Ketika ocean week berkunjung ke pelabuhan Kuala Tanjung, terlihat pula sedang dibangun rel kereta api (KA) menuju kea rah pelabuhan. Akses jalan ke dan dari pelabuhan menuju ke berbagai kabupaten di Sumatera Utara sudah cukup bagus.
Ijin untuk badan usaha pelabuhan (BUP) sebagai syarat menjadi operator pelabuhan juga sudah di proses. Jadi pelabuhan ini sungguh ideal sebagai hub port untuk wilayah Indonesia barat. Karena selain masuk dalam perairan internasional, pelabuhan ini pun mampu disandari mother vessel.
Jika Kuala Tanjung sudah beroperasi, bisa saja sebagian pasar yang selama ini masuk ke Tanjung Priok, maupun pelabuhan-pelabuhan di wilayah pulau Sumatera beralih ke Kuala Tanjung. (rid/ow)