Meningkatnya kegiatan bongkar muat sepanjang sembilan bulan tahun 2023 (hingga akhir September), memberikan imbas positif pada kinerja keuangan PT Indonesia Kendaraan Terminal/IKT Tbk (IPCC).
Sepanjang periode tersebut, kata Dirut PT IKT, Sugeng Mulyadi, sebagaimana yang telah disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI/IDX), IPCC berhasil meraup pendapatan sebanyak Rp548,16 miliar atau naik 7,83% dibandingkan periode yang sama tahun 2022 yang tercatat Rp508,34 miliar.
Menurut Sugeng Mulyadi, kenaikan pendapatan tersebut lebih banyak disumbang dari Pelayanan Jasa Terminal yang naik dari Rp472,56 miliar di Sembilan bulan tahun lalu menjadi Rp504,73 miliar.
Kemudian diikuti oleh Pelayanan Jasa Barang yang naik menjadi Rp30,01 miliar dari periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp26,60 miliar.
Sementara itu, ungkapnya, Pelayanan Jasa Rupa-Rupa Usaha menyumbang pendapatan sebanyak Rp7,01 miliar dari tahun sebelumnya Rp5,12 miliar dan Pengusahaan Tanah, Bangunan, Air, dan Listrik yang naik menjadi Rp6,35 miliar dari Rp4,05 miliar di Sembilan bulan tahun lalu.
“Dengan kenaikan Pendapatan tersebut, IPCC mampu mengimbangi adanya kenaikan Beban Pokok Pendapatan yang di periode Sembilan bulan tahun ini sebanyak 9,16% dari Rp264,00 miliar di periode tersebut di tahun lalu menjadi Rp288,19 miliar,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya yang diterima Ocean Week, Jumat malam (20/10).
Kata Sugeng, kenaikan utama masih dikontribusi dari Biaya Kerja Sama Mitra Usaha seiring meningkatnya kegiatan bongkar muat di seluruh Terminal IPCC.
Menyusul kenaikan Biaya Penyusutan sebagai imbas dari penerapan PSAK 73 terhadap Sewa atas Aset yang ada di Terminal IPCC.
Alhasil, Laba Kotor mampu mengalami kenaikan 6,40% menjadi Rp259,97 miliar dari tahun sebelumnya sebesar Rp244,34 miliar.
Di sisi lain, adanya penurunan pada Beban Umum dan Administrasi sebanyak 3,62% menjadi Rp71,09 miliar dari sebelumnya Rp73,76 miliar seiring adanya sejumlah efisiensi dan efektivitas pada pembebanan biaya membuat IPCC mampu mendulang Laba Usaha mencapai Rp188,88 miliar atau naik 10,73% dari sebelumnya sebesar 170,58 miliar.
Pada sisi EBITDA, jelas Sugeng, terdongkrak 15,07% menjadi Rp299,09 miliar di periode Sembilan bulan di tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp259,93 miliar.
Dengan demikian, pada sisi bottom line, diperoleh Laba Tahun Berjalan IPCC ialah sebanyak Rp141,94 miliar atau naik 30,34% dari sebelumnya Rp108,90 miliar dengan nilai EPS mencapai Rp78,06 lebih tinggi dari tahun sebelumnya di angka Rp59,89.
Sementara itu dari sisi rasio keuangan IPCC turut menunjukkan angka yang baik. Profitabilitas IPCC menunjukkan peningkatan diantaranya EBITDA Margin yang naik menjadi 54,56% dari periode tahun sebelumnya sebesar 39,53%, Net Profit Margin sebesar 25,89% di atas tahun lalu yang sebesar 21,42%.
ROA dan ROE masing-masing adalah di level 8,15% dan 11,70% di atas pencapaian tahun lalu dimana ROA 9M-22 sebesar 5,23% dan ROE sebesar 9,62%.
Pada sisi Solvabilitas, menurut Sugeng, juga turut mengalami perkembangan positif. “Adanya pembayaran atas Sewa Jangka Panjang atas aset yang ada di Terminal IPCC membuat nilai Debt to Equity (DER) IPCC membaik,” tegasnya.
Dia menambahkan untuk nilai DER pada periode Sembilan bulan tahun ini tercatat 43,61% lebih rendah dari tahun lalu sebesar 83,94%.
“Meski nilai debt tersebut bukanlah berasal dari penerbitan Surat Utang Jangka Panjang dan sebagai imbas atas pencatatan Sewa Aset Jangka Panjang berdasarkan PSAK 73 namun, penurunan ini diharapkan dapat memberikan image yang positif,” katanya.
IPCC sebagai Perusahaan Terbuka yang mengedepankan pada Tata Kelola Perusahaan yang baik senantiasa berupaya memberikan kinerja terbaiknya sehingga dapat memberikan nilai tambah positif kepada para pemegang sahamnya.
“Dengan peningkatan kinerja ini tentunya akan sangat positif dan pada akhirnya diharapkan dapat melesatkan harga saham IPCC,” ujar Sugeng.
Sebelumnya, IPCC juga telah mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp150 hingga Rp200 miliar pada tahun depan 2024.
Belanja modal tersebut akan digunakan oleh perseroan untuk meningkatkan kapasitas lahan area parkir terminal dan biaya administrasi.
Untuk tahun ini sekitar Rp35 miliar yang digunakan untuk menyelesaikan masalah legal dan administrasi perseroan. Sedangkan tahun depan sekitar Rp150 sampai Rp200 miliar.
Perseroan juga berencana menambah kapasitas gedung parkir di area terminal Tanjung Priok, Jakarta, pada tahun 2024 nanti.
Gedung parkir baru tersebut akan terdiri lima lantai, dengan lahan seluas 3,8 hektar (ha), serta dengan kapasitas dapat menampung sekitar 2.000 unit kendaraan.
Proyek tersebut sudah mulai dikerjakan pada tahun ini dengan melakukan detail engineering design (DED), dan ditargetkan konstruksinya sudah bisa dilakukan pada awal tahun 2024 nanti. (**)