Pelabuhan Kijing di kabupaten Mempawah masih belum banyak dilirik pelayaran kontainer masuk ke terminal ini, meskipun fasilitas nya sudah sangat bagus. Dermaga untuk kapal petikemas sepanjang 1.000 meter sudah siap disandari kapal-kapal besar.
Sayang, hingga kini belum ada yang masuk, karena selain belum dilengkapi alat bongkar muat (crane), juga akses jalan dari dan ke Kijing masih belum memadai. Apalagi, mayoritas pemilik barang, gudangnya berada di tengah kota Pontianak.
Karena itu, para pemilik barang masih lebih memilih mengapalkan barangnya melalui pelabuhan Dwikora di kota Pontianak.
Hal itu disampaikan Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Kalbar, Imam Darmawan Vidya, Owners PT PBM Berkah Utama Dua, Syahril Muhtar, dan Ketua Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) Kalimantan Barat, Hamdan Godang kepada wartawan secara terpisah di Pontianak, Rabu (1/11/2023).
Sejak diresmikan oleh Presiden R.I Joko Widodo pada 9 Agustus 2022 lalu, Terminal Kijing – Mempawah Kalbar telah melayani bongkar muat cargo non curah cair atau non peti kemas.
Beberapa bulan lalu, pelayaran RCL pernah melakukan survey ke Kijing dan berkeinginan untuk masuk ke pelabuhan ini, namun hingga sekarang pun belum jadi.
Hamdan Godang mengatakan, untuk mengoptimalkan Pelabuhan Kijing, mestinya dibuka akses baru disamping yang eksisting saat ini.
“Pelaku usaha logistik ataupun perusahaan pendukungnya masih banyak yang beroperasi di kota Pontianak. Sehingga kalau hanya dengan infrastruktur jalan yang ada saat ini menuju Kijing maka kemacetan tidak bisa dihindari sehingga biaya pengangkutan daratnya menjadi tidak efisien,” kata Godang.
Sementara itu, Syahril Muhtar mengatakan bahwa kendala yang dihadapi Kijing dikarenakan biaya bongkar muat yang berlaku di pelabuhan Kijing untuk non petikemas atau kargo umum masih lebih tinggi ketimbang yang berlaku di Pelabuhan Dwikora Pontianak.
“Contoh, biaya bongkar muat di Kijing sekitar Rp.80 ribu hingga Rp 90 ribu/ton sudah termasuk alat (crane). Namun kalau pakai crane sendiri dapat potongan atau discount Rp 2 juta-an perjam. Sementara kalau di pelabuhan Dwikora tarif bongkar muatnya hanya Rp 35 ribuan/ton,” ujar Syahril.
Hal senada juga dikemukakan Ketua DPD Aptrindo Kalbar, Imam Darmawan Vidya. Menurut Imam, dengan keterbatasan akses infrastruktur (khususnya jalan darat) dari dan menuju Kijing itu mengakibatkan ongkos angkutan trucking lebih mahal.
“Sebagai contoh tarif angkut dari Kijing ke gudang Bulog Wajo di Mempawah yang berjarak sekitar 100 kilometer saja, ongkos angkut truckingnya bisa diatas Rp.100 ribuan/ton,” ujar Imam.
Dengan kondisi seperti itu, kata Imam, kemungkinan besar para pemilik barang ataupun perusahaan pelayaran mesti menghitung ulang cost operasionalnya jika harus melalui pelabuhan Kijing.
Karenanya, Godang dan Syahril maupun Imam berharap Pemerintah daerah setempat dapat turut mendukung penyiapan akses yang lebih mumpuni di Kijing.
Selain itu optimalisasi keberadaan Pelabuhan Dwikora Pontianak juga cukup penting mengingat Pelabuhan Pontianak masih memiliki peran penting dalam menghubungkan Kalimantan Barat khususnya Kota Madya Pontianak dengan pelabuhan-pelabuhan lainnya.
Sebelumnya, General Manager Pelindo Regional 2 Pontianak, Hambar Wiyadi, mengungkapkan terminal Kijing di Mempawah Kalimantan Barat akan terus dikembangkan mengantispasi peningkatan arus barang di wilayah tersebut
Sesuai Rencana Induk Pelabuhan dan Perjanjian Konsesi, Pengembangan Terminal Kijing dilakukan secara bertahap yaitu Tahap Initial 1A, Tahap I dan Tahap II.
Adapun khusus untuk pengembangan fasilitas peti kemas di terminal Kijing untuk Tahap 1A (2022-2026) yakni penyediaan quay container crane atau QCC (2 Unit), rubber tyred gantry crane/ RTG (8 unit), Reach Stacker (1 unit), Forklift (1 unit) dan Tractor & Chassis (60 unit).
Sedangkan Tahap 1 (>2026) yakni penyediaan QCC (12 unit), RTG/RMG (16 unit), Reach Stacker (3 unit), Forklift (2 unit), Tactor and Chassis (125 unit).
Adapun pada tahap 2 (> 2032) yakni penyediaan QCC (12 unit), RTG/RMG (24 unit), Reach Stacker (5 unit), Forklift (4 unit), serta Tactor and Chassis (250 unit).
Hambar menambahkan, kehadirian fasilitas terminal Kijing sebagai pemicu perdagangan domestik maupun internasional dengan mengedepankan konsep ‘Ship Follow The Trade & Ship Promote The Trade’.
Hanya saja, ungkap Syahril, untuk Pelabuhan Dwikora Pontianak Kalimantan Barat terus mengalami pendangkalan akibat sedimentasi tinggi di alur sungai kapuas. “Jadi perlu pengerukan alur sungai Kapuas sehingga kapal-kapal besar bisa masuk tanpa ada kendala,” katanya.
Berdasarkan data kedalaman hasil survey di kolam pelabuhan -6 s/d -10 meter low water spring (mlws) sedangkan kedalaman di alur pelayaran bervariasi antara -3.5 s/d 16.3 Mlws dengan kapasitas dermaga menampung maksimal ukuran kapal 1.000 dwt.
Dengan kondisi tersebut, kapal besar tidak bisa sandar di Pelabuhan Pontianak sehingga pelayanan kapal-kapal besar direncanakan dialihkan ke Pelabuhan Kijing.
Namun sayang, pengguna jasa belum sepenuhnya tertarik terhadap pemanfaatan Pelabuhan Kijing yang berada di Mempawah Kalimantan Barat itu.
Selain soal akses jalan atau infrastruktur yang dinilai terbatas, cost operasional bongkar muat maupun ongkos transportasi (trucking) dari Kijing ke fasilitas gudang penumpukan barang diluar pelabuhan masih relatif mahal. (**)