Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan turut mendorong pemanfaatan Roro Bitung-Davao untuk mendukung peningkatan ekspor nasional ke Filipina sebagai salah satu pasar ekspor potensial di ASEAN.
Dengan adanya rute tersebut, Kemendag menargetkan peningkatan ekspor 2017 ke Filipina sebesar 11,22 persen menjadi US$ 5,8 miliar dari sebelumnya sebesar US$ 5,26 miliar pada 2016.
“Rute Bitung-Davao diharapkan dapat menjadi rute alternatif yang lebih singkat untuk meningkatkan konektivitas dan perdagangan internasional antara Indonesia dengan Filipina,” kata Direktur Jenderal PEN Kementerian Perdagangan (Kemendag) Arlinda, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (17/8).
Berdasarkan data BPS, total nilai perdagangan Indonesia dan Filipina pada periode 2012-2016 memiliki nilai tren yang positif sebesar 6,24 persen. Nilai ekspor nonmigas pada 2016 sebesar US$ 5,26 miliar mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2015 sebesar USD$3,92 miliar.
Sedangkan nilai impor nonmigas Indonesia pada 2016 dari Filipina sebesar US$ 820 juta, sehingga Indonesia mengalami surplus sebesar US$ 4,44 miliar. Selain itu, total perdagangan Indonesia ke Filipina pada periode Januari-Mei 2017 adalah sebesar US$ 2,85 miliar dengan nilai ekspor nonmigas tercatat US$ 2,48 miliar dan impor nonmigas sebesar US$ 367 juta.
“Rute Bitung-Davao ini akan memberikan manfaat dalam peningkatan perekonomian lokal termasuk mendorong rantai pasok global, merangsang pembangunan infrastruktur daerah, meningkatkan se ktor pariwisata, membentuk hubungan udara langsung, dan meningkatkan arus masuk investasi,” ujar Arlinda.
Seperti diketahui, rute konektivitas laut Bitung-Davao/General Santos yang dibuka Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Presiden Duterte pada April 2017 lalu dinilai Arlinda akan dapat meningkatkan ekspor Indonesia ke Filipina. Selama ini komiditas ekspor Indonesia ke negara tersebut antara lain kendaraan, makanan olahan, minyak nabati, kertas, karet, dan barang dari karet.
Menurut Arlinda, bila rute Davao-General Santos-Bitung dapat berjalan dengan baik, maka Indonesia akan mempunyai keuntungan tambahan dalam hal pengurangan jarak berlayar dari Indonesia Timur, serta mengurangi waktu pengiriman.
Indonesia adalah mitra dagang sangat penting bagi Pulau Mindanao karena Indonesia masuk dalam empat besar negara asal impor atau pemasok terbesar ke pulau tersebut. Selama 2011-2015, impor Pulau Mindanao dari Indonesia meningkat rata-rata per tahun sebesar 10,8 persen.
Impor Pulau Mindanao dari Indonesia pada 2015 mencapai US$ 286,0 juta atau meningkat signifikan mencapai 79,7 persen dibandingkan pada 2014.
“Kita punya potensi yang cukup besar untuk produk seperti rumput laut, minyak goreng, tepung terigu, di samping produk potensial seperti bulir jagung, kopra, kopi, semen Portland, tuna yellowfin beku, lemak dan minyak hewani atau nabati, bahan bangunan, ikan cakalang, papan, konsol untuk voltase melebihi 1.000 volt, dan pupuk ammonium sulfat,” ungkapnya. (***)