Kemelut di pelabuhan Pangkalbalam antara pelayaran dan PT Pelindo II belum usai.
Keributan tersebut dipicu oleh tak maunya pelayaran dengan kebijakan Pelindo Pangkalbalam menerapkan layanan jasa pandu dan tunda di wilayah itu.
Bahkan, akibat hal itu, pada Selasa lalu (6/10), kantor Pelindo Pangkalbalam harus digeruduk para sopir karena kapal yang mereka tumpangi terlambat.
Darwati, kepala cabang pelayaran Bukit Merapin menyatakan bahwa setiap kapal berkapasitas 500 GT atau panjang diatas 70 meter harus masuk dalam sistem inaportnet penggunaan jasa pandu, tunda, dan tambat.
“Kami menolak wajib pandu itu karena belum bisa diterapkan di pelabuhan Pangkalbalam mengingat faktor alam pasang surut yang berkisar 5-6 jam,” ujarnya kepada pers belum lama ini.
Begitu pula Eko Supriadi, Direktur pelayaran Bangka Jaya Line yang mengatakan kalau pihaknya tak menolak terhadap peraturan Menhub mengenai wajib pandu, namun itu tak bisa diterapkan disini.
Menurut sekretaris DPC INSA Pangkalpinang ini, dikarenakan faktor alam yang hanya efektif 5 jam air pasang, dan kapal bisa beraktivitas.
Sayangnya, Kepala KSOP Pangkalbalam Izuar yang dikonfirmasi Ocean Week hingga dua kali melalui WA teleponnya, tak juga merespon.
Padahal masalah ini seharusnya menjadi tanggungjawabnya untuk memediasi. Mestinya sebagai wakil pemerintah bisa mencegah terjadinya kegaduhan di pelabuhan Pangkalbalam ini.
Sementara itu, GM Pelindo II Pangkalbalam Nofal Hayin menyatakan jika pada tanggal 25 September 2020 lalu sudah ada teken kesepakatan antara para pihak disini.
“Tinggal 3 pelayaran yang belum mau teken,” katanya kepada Ocean Week, Rabu siang.
Menurut Nofal, sebenarnya hanya beberapa pelayaran saja yang tak mau dilayani oleh jasa pandu dan tunda Pelindo II. “Mereka maunya tak ingin mengeluarkan uang untuk jasa kapal, terutama untuk jasa tunda,” ujarnya.
Untuk diketahui bahwa kapal RoRo Silvia milik PT Bukit Merapin yang sempat tertahan, sudah kembali berangkat pada Rabu kemarin (7/10) menuju Tanjung Priok Jakarta.
Munif akrab dipanggil Ujang dari pelayaran Bukit Merapin Jakarta berharap agar GM Pelindo Pangkalbalam yang baru (Nofal Hayin-red) mesti bisa menciptakan harmonisasi dengan para pengguna jasa pelabuhan, khususnya pelayaran.
“Jangan baru datang terus membikin gaduh, jangan sampai kejadian di hari Selasa lalu sopir terpaksa nginap karena kapal ga bisa berangkat terulang lagi,” ungkpanya. (***)