Aksi mogok kerja SP JICT sekarang ini (3-10/8) dinilai berdampak sangat merugikan pelayaran dan stakeholsers lainnya (importir-eksportir). Pelayaran agak terganggu dengan jadwal kapalnya.
Namun, beruntung mogok kerja SP JICT belum sampai menganggu layanan kapal dan barang. Mengingat, aktifitas kapal sampai saat ini masih bisa ditampung atau dialihkan ke terminal lain (NPCT1, TPK Koja, Terminal 3 Priok, dan MAL) di pelabuhan Tanjung Priok.
“Bersyukur aksi mogok ini terjadi disaat dimana asokan kapasitas terpasang terminal di Tanjung Priok melebihi kebutuhan (ada kapasitas yang idle akibat dibangunnya NPCT1),” kata Asmari Heri, Direktur Pelayaran Samudera Indonesia kepada Ocean Week, menanggapi aksi mogok pekerja JICT tersebut, Kamis (3/8) sore.
Sebelumnya, Kepala OP Tanjung Priok Nyoman Seputera menyatakan, bahwa layanan kegiatan kapal dan bongkar muat petikemas di pelabuhan Priok tetap lancar dan normal, meski ada mogok kerja di JICT.
Hari ini sejumlah kapal dilayani di di NPCT1 yakni MV. GH. Zonda, bongkar 402 box dan muat 719 box. “Sore ini sudah selesai dan keluar,” ujarnya.
Lalu di TPK Koja, dua kapal dilayani yaitu Diva dan Hongkong Bridge. Keduanya limpahan dari JICT.
Ketua Kadin Indonesia Bidang Sarana dan Prasarana itu, khawatir jika aksi mogok tersebut dilakukan pada saat semua kapasitas terpasang terminal telah terpakai semua (tidak ada lagi window berthing yang kosong), sangatlah dapat merugika semua pihak, termasuk pelayaran.
“Kalau semua terminal penuh, dan ada salah satu dari mereka (terminal petikemas-red) mogok, maka akan terjadi antrean kapal karena tak terlayani dan tak bisa pindah ke terminal lainnya karena nggak ada tempat kosong,” ujar Asmari Heri melalui telpon.
Asmari juga membenarkan jika layanan kapal dan barang (petikemas) di pelabuhan Priok masih normal dan lancar. “Itu statement Pak OP (Kepala OP Priok Nyoman Saputera) benar bahwa layanan bongkar muat di Tanjung Priok lancar walaupun ada aksi mogok di JICT. Secara nasional belum terlalu mengganggu. Paling hanya image dan persepsi saja yang sedikit mengganggu,” ungkapnya lagi.
Sebenarnya, kata Asmari, dengan aksi mogok kerja ini, yang paling dirugikan adalah JICT sendiri. Sementara terminal lain justru diuntungkan karena ada pindahan kegiatan dari JICT. “Buat pelayaran hanya sedikit ribet saja, harus ganti terminal dan kurang nyaman,” jelasnya.
Dia berharap supaya kemelut SP JICT dan manajemen JICT segera dapat diselesaikan agar kedepan, pelayaran memiliki banyak pilihan beraktifitas.
“Saran saya sebaiknya manajemen JICT harus duduk bareng lagi untuk mencari solusi win-win solution dengan SP JICT. Kalau memang perlu pemerintah yang menyelesaikan sesuai aturan perundangan yang ada,” kata Asmari mengakhiri cerita. (**)