Saat ini, Eksportir di Sri Lanka sedang menghadapi krisis karena terkena dampak kenaikan tarif pengangkutan dari pelayaran, akibat serangan Houthi terhadap kapal-kapal yang melalui Laut Merah.
Perusahaan pelayaran bersikeras mengenakan tarif lebih tinggi ketika beberapa kapal melakukan perubahan rute yakni memutar lewat Tanjung Harapan. Selain itu premi asuransi juga akan meningkat sehingga dapat berdampak pada pola pembelian di masa depan.
Eksportir Sri Lanka, seperti negara-negara lain di dunia, terpaksa menaikkan harga dan hal ini terjadi setelah adanya tambahan PPN ekspor sebesar 18 persen, yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2024, sehingga menjadikan ekspor negara tersebut semakin tidak kompetitif secara global.
Saat ini meskipun peningkatan biaya telah diserap, pesanan di masa depan akan meningkatkan biaya sekitar 300 persen karena tarif angkutan yang tadinya sebesar US$600 per TEU akan meningkat sebesar $1.500 per TEU.
Dikutip dari Business Times Kolombo, Presiden Kamar Eksportir Nasional (NCE) Jayantha Karunaratne mengatakan biaya pengiriman barang melalui Laut Merah telah meningkat akibat kelompok Houthi (pemberontak) Yaman melancarkan serangan terhadap kapal-kapal yang mereka anggap berhubungan dengan Israel.
Hal ini merupakan bentuk protes mereka terhadap invasi Israel ke Gaza.
Sementara itu, dilaporkan bahwa pasar asuransi London telah memasukkan wilayah Laut Merah bagian selatan ke dalam wilayah berisiko tinggi dan kapal-kapal perlu memberi tahu perusahaan asuransi mereka ketika berlayar melalui wilayah tersebut dan membayar premi tambahan yang biasanya berlaku untuk periode pertanggungan tujuh hari.
Rute pelayaran melalui Laut Merah menyumbang hampir 12 persen perdagangan global dan 30 persen volume peti kemas global dan ini merupakan jalur utama yang menghubungkan Amerika dan Eropa.
Karunaratne mengatakan bahwa perusahaan pelayaran akan memutuskan rute terbaik untuk diambil dan terkadang bahkan mempertimbangkan untuk mengubah rute melalui Tanjung Harapan yang akan menambah biaya dan membutuhkan lebih banyak waktu perjalanan sehingga akan meningkatkan biaya bahan bakar.
“Meningkatnya biaya juga kemungkinan akan menyebabkan pembeli mengurangi volume,” ujarnya.
Pertanyaannya bagaimana dengan Indonesia, apakah bakal terkena dampak juga, dan itu kapan?. Karena jika kapal-kapal raksasa milik perusahaan dunia tak lagi mau melewati laut merah, dan kemudian menaikkan biaya angkut, otomatis harga barang pun akan naik, sehingga dikhawatirkan terjadi inflasi perekonomian global.
Nah, Indonesia pun bakal terkena juga, tapi kapan, itu yang perlu diwaspadai.
Tunda Impor
Sementara itu, Kilang minyak di India, yang merupakan importir minyak mentah terbesar ketiga di dunia, berupaya meningkatkan pasokan ke Timur Tengah karena serangan rudal Houthi baru-baru ini menunda impor dan menambah biaya.
Kapal-kapal yang membawa kargo dari produsen di Mediterania dan Laut Utara termasuk di antara mereka yang terkena dampak, saat mereka transit di Suez dan Laut Merah dalam perjalanan ke Asia.
Perusahaan pelayaran meminta perusahaan India untuk menanggung premi risiko untuk pengiriman melalui rute biasa.
Namun, Para penyuling tidak bersedia menanggung tanggung jawab tambahan dan sedang mencari pemasok alternatif.
Perusahaan penyulingan India khawatir margin mereka akan tertekan akibat kenaikan tajam biaya asuransi dan pengangkutan.
Tetapi mereka juga perlu mengimbangi permintaan domestik yang meningkat karena pesatnya pertumbuhan ekonomi negara Asia Selatan tersebut. (**/scn)