Kesyahbandaran Utama Pelabuhan Tanjung Priok mulai menertibkan pelaporan limbah kapal yang masuk ke pelabuhan Tanjung Priok.
Karena hal ini dalam rangka mendukung Tanjung Priok sebagai pelabuhan berwawasan ramah lingkungan. Mengingat dalam tiga tahun terakhir, pelabuhan tersibuk di negeri ini selalu memperoleh rapor ‘Merah’ dari kementerian lingkungan hidup.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan Tanjung Priok green port, Syahbandar Utama Pelabuhan Tanjung Priok membuat gebrakan melalui program manajemen penanganan limbah terpadu, dan itu langsung didukung oleh tiga pelayaran yakni Meratus, Temas, dan Pelni.
Dukungan ketiga perusahaan pelayaran tersebut ditandai dengan penandatanganan yang dilakukannya dengan Syahbandar pada November 2020 untuk manajemen penanganan limbah terpadu, diatas kapal Kelud milik PT Pelni.
Sebagai pilot Project, dua kapal milik Meratus sudah dilakukan pemeriksaan limbah kapalnya oleh tim syahbandar.

Selasa siang (9/2), tim pemeriksa yang diketuai Gultom memeriksa kapal Kapuas milik pelayaran Meratus yang sedang sandar di dermaga 210 pelabuhan Tanjung Priok.
“Pemeriksaan ini untuk pencocokan antara yang dilaporkan dalam inaportnet dengan fakta riilnya. Dan ternyata tak ditemukan ada masalah,” ujar Gultom kepada Ocean Week, usai memeriksa limbah kapal tersebut.
Reporter Ocean Week yang juga ikut dalam pemeriksaan limbah kapal Kapuas, sempat menanyakan kepada Capt. Marphinus, nakhoda kapal, apakah setiap masuk ke Priok selalu menurunkan limbahnya.
Katanya, untuk limbah B3 tak selalu dibuang di Priok, tapi kalau sampah kapal hampir dipastikan diturunkan. Seperti sekarang ini, sampah ada 2 drum yang turun.

Untuk diketahui bahwa kapal Kapuas menggunakan bahan bakar HSD (high speed diesel).
Kapal Kapuas selama ini melayani rute Priok – Padang, Kijang Pekan Baru, Priok.
Untuk trip saat ini, belum bisa bongkar limbah, mungkin berikutnya akan buang limbahnya di Priok.
Untuk diketahui bahwa pada Selasa pagi, pihak Syahbandar juga melakukan sosialisasi penanganan limbah terpadu kepada para pelayaran maupun keagenan yang berkegiatan di pelabuhan Priok.
Dalam sosialisasi tersebut diberitahukan bagaimana cara penginputan data limbah kapal pada sistem inaportnet.
Ternyata, sistem dalam inaportnet itu belum terkonek dengan sistemnya PT Pelindo Tanjung Priok. Makanya, akan dilakukan perbaikan sistemnya lebih dulu.
INSA Jaya juga berharap supaya sistem untuk penginputan limbah kapal ini tidak rumit dan bertele-tele. “Yang penting ada transparansi, kejujuran dari pihak kapal, serta pengawasannya mesti ketat,” kata Capt. Supriyanto, sekretaris DPC INSA Jaya, di Tanjung Priok, Selasa sore. (**)