Setelah COP26, industri pelayaran global berada di bawah tekanan yang semakin besar untuk mempercepat upayanya dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).
Strategi Pengurangan Emisi GRK 2023 Organisasi Maritim Internasional (IMO) yang baru-baru ini disetujui menandakan komitmen ambisius untuk mencapai emisi nol bersih di sektor ini pada tahun 2050.
Namun, pencapaian tujuan ini masih menjadi bahan pertanyaan, sehingga mendorong banyak orang untuk memeriksa perubahan yang diperlukan dalam laporan terbaru, “IMO2050: Menavigasi Menuju Dekarbonisasi”.
Strategi IMO sebelumnya, yang ditetapkan pada MEPC 72 pada bulan April 2018, telah menghadirkan tantangan berat bagi industri ini.
Laporan ini menguraikan tujuan-tujuan utama, termasuk pengurangan total emisi GRK sebesar 50 persen dari pelayaran internasional pada tahun 2050 dan pengurangan intensitas karbon sebesar 70 persen, dibandingkan dengan data dasar pada tahun 2008.
Target sementara pengurangan intensitas karbon setidaknya sebesar 40 persen pada tahun 2030 juga telah disepakati.
Selama MEPC 76 pada bulan Juni 2021, IMO memperkenalkan Indeks Kapal yang Ada Efisiensi Energi (EEXI), yang mulai berlaku pada awal tahun ini.
Bersamaan dengan ini, indikator intensitas karbon operasional (CII) juga diterapkan, yang menghubungkan emisi karbon dengan jumlah kargo yang diangkut dalam jarak perjalanan.
Sehubungan dengan Indeks Desain Efisiensi Energi (EEDI) untuk kapal-kapal yang baru dibangun, langkah-langkah ini menempatkan industri pada jalur yang tepat untuk memenuhi target intensitas karbon pada tahun 2030 dan 2050.
Namun, karena perdagangan maritim global diperkirakan akan meningkat sebesar 17 persen antara saat ini hingga tahun 2030, upaya untuk mencapai pengurangan emisi secara keseluruhan merupakan tantangan yang jauh lebih besar.
Bagaimana kesiapan republik Indonesia dalam ini. Apakah hal itu juga bisa dilakukan disini. (**)